Berawal dari geng beranggotakan enam orang yang saling memanggil dengan sebutan 'neng' atau 'nong' atau 'oneng', Oneng Blarian (Obler) pun terbentuk. Salah satu anggota geng ini, bernama Anggi, menyukai olahraga lari, sehingga ketika geng ini berkomitmen untuk tetap sehat agar bisa traveling ke berbagai negara, mereka pun memilih lari untuk menjaga kesehatan dan kebugaran. "Awalnya untuk nemenin Anggi lari, kami kalau lari blar-blaran aja. Mencar-mencar. Jadilah tercetus nama Oneng Blarian," kenang Djujuk, salah satu anggota Obler. Formasi awal terdiri atas Nine, Anggi, Ochi, Djujuk, Dede, dan Anett.
Komunitas ini akhirnya berkembang meski merupakan close group. Artinya, hanya suami, saudara, atau teman-teman dari Obler yang bisa bergabung. "Awalnya karena kami suka lari malam-malam, jadi suami bergabung. Jadilah disebutnya Subler, Suami Obler. Terus ada lagi Sabler, sahabat Obler, dan Abler, anak Obler," ujar Nine. "Kalau ada yang ingin bergabung, kami harus pastikan dulu kalau tujuannya sama dengan Obler," tambah Endi Nila Kandi, anggota Obler yang awalnya aktif di komunitas lari yang lain.
Endi menyampaikan, ketika bergabung di komunitas lari yang lain, aktivitas larinya dipenuhi dengan target untuk mendapatkan prestasi. Sementara di Obler, para anggotanya lari untuk menjaga kesehatan dan kebugaran, serta untuk menjaga rasa kekeluargaan antar anggota. Endi memutuskan untuk pindah ke Obler karena komunitas ini tidak memberi tekanan untuk berprestasi. Tapi bukan berarti mereka tidak aktif di berbagai event lari yang prestisius.
Sebut saja Rinjani Altitude Run, Bali Marathon, Tokyo Marathon, Cipali Duatlon, diikuti oleh Endi dengan membawa nama Obler. "Kalau ada yang berprestasi, kami dukung," tutur Djujuk. Obler juga memiliki event sendiri seperti Weekend Long Run dan Yoga on The Beach.
Untuk menjaga konsistensi latihan, Obler memiliki pelatih tetap bernama Beni Mustofa, instruktur dan personal trainer. Coach Beni inilah yang membuat Obler memiliki konsep: berani makan, berani bakar! Setiap hari, anggota Obler perlu melaporkan makanan apa saja yang dikonsumsi dan latihan seperti apa yang perlu dilakukan untuk membakarnya. Coach Beni juga yang memberikan latihan untuk disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing anggota Obler, misalnya bagi yang ingin mengecilkan paha akan berbeda latihannya dengan yang ingin mengecilkan perut.
Para pemula yang baru bergabung juga tak akan ditekan untuk bisa menyamai anggota Obler yang sudah berpengalaman. Mereka mendapat porsi latihan yang disesuaikan dengan kemampuan.
"Intinya, komunitas ini berkonsep family. Di luar lari, kami selalu seru ngobrol di group WhatsApp. Yang kami obrolkan juga tidak harus selalu tentang olahraga lari. Bisa jadi ke mana-mana, tapi yang terpenting tetap menjaga kebersamaan. Bahkan kami sering curhat hal-hal ga penting," tutup Djujuk.
Komunitas ini akhirnya berkembang meski merupakan close group. Artinya, hanya suami, saudara, atau teman-teman dari Obler yang bisa bergabung. "Awalnya karena kami suka lari malam-malam, jadi suami bergabung. Jadilah disebutnya Subler, Suami Obler. Terus ada lagi Sabler, sahabat Obler, dan Abler, anak Obler," ujar Nine. "Kalau ada yang ingin bergabung, kami harus pastikan dulu kalau tujuannya sama dengan Obler," tambah Endi Nila Kandi, anggota Obler yang awalnya aktif di komunitas lari yang lain.
Endi menyampaikan, ketika bergabung di komunitas lari yang lain, aktivitas larinya dipenuhi dengan target untuk mendapatkan prestasi. Sementara di Obler, para anggotanya lari untuk menjaga kesehatan dan kebugaran, serta untuk menjaga rasa kekeluargaan antar anggota. Endi memutuskan untuk pindah ke Obler karena komunitas ini tidak memberi tekanan untuk berprestasi. Tapi bukan berarti mereka tidak aktif di berbagai event lari yang prestisius.
Sebut saja Rinjani Altitude Run, Bali Marathon, Tokyo Marathon, Cipali Duatlon, diikuti oleh Endi dengan membawa nama Obler. "Kalau ada yang berprestasi, kami dukung," tutur Djujuk. Obler juga memiliki event sendiri seperti Weekend Long Run dan Yoga on The Beach.
Untuk menjaga konsistensi latihan, Obler memiliki pelatih tetap bernama Beni Mustofa, instruktur dan personal trainer. Coach Beni inilah yang membuat Obler memiliki konsep: berani makan, berani bakar! Setiap hari, anggota Obler perlu melaporkan makanan apa saja yang dikonsumsi dan latihan seperti apa yang perlu dilakukan untuk membakarnya. Coach Beni juga yang memberikan latihan untuk disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing anggota Obler, misalnya bagi yang ingin mengecilkan paha akan berbeda latihannya dengan yang ingin mengecilkan perut.
Para pemula yang baru bergabung juga tak akan ditekan untuk bisa menyamai anggota Obler yang sudah berpengalaman. Mereka mendapat porsi latihan yang disesuaikan dengan kemampuan.
"Intinya, komunitas ini berkonsep family. Di luar lari, kami selalu seru ngobrol di group WhatsApp. Yang kami obrolkan juga tidak harus selalu tentang olahraga lari. Bisa jadi ke mana-mana, tapi yang terpenting tetap menjaga kebersamaan. Bahkan kami sering curhat hal-hal ga penting," tutup Djujuk.
Foto: Dachri Megantara