Apalagi perpisahan Will dan Eden berakhir karena tragedi. Anak laki-laki mereka satu-satunya meninggal karena sebuah kecelakaan. Setelah tragedi itu, Will dan Eden berpisah. Sudah dua tahun belakangan Eden menghilang dari kehidupan Will.
Di malam itu Will datang bersama kekasihnya, Kira (Emayatzy Corinealdi). Makan malam itu menjadi acara reuni. Enam kawan lama Will dan Eden juga diundang, seperti pasangan gay Tommy dan Miguel, Claire yang pendiam, dan pasangan berdarah Asia, yaitu Gina dan Choi, juga Ben yang bertubuh tambun.
Seperti reuni kebanyakan, mulanya acara kumpul-kumpul itu dihiasi senyum-senyum ramah yang ingin menyembunyikan rasa tak nyaman. Bukan hanya Will yang merasa undangan Eden terasa janggal; teman-teman mereka juga demikian karena sudah sekian lama Eden tak pernah menghubungi mereka.
Suasana menegangkan sudah dibangun sejak awal. Will kerap cek-cok dengan pasangan Eden dan David. Di malam itu tampak Eden berubah menjadi manusia yang baru. Berkali-kali ia mengatakan sudah ikhlas dengan kematian sang anak dan bilang bahwa ia telah mengambil hikmah dari kejadian itu. Padahal dulu Eden depresi dan pernah mencoba bunuh diri.
Di sisi lain, kondisi Will berlawanan dari Eden. Ia masih tampak kacau—jenggotnya dibiarkan tumbuh lebat, rambutnya acak-acakan, dan matanya berkantong. Tampak bahwa Will masih sangat menyimpan kesedihan. Maka itu Will emosional saat Eden dengan mudahnya bilang telah mengikhlaskan kepergian anak mereka.
Kepribadian Will yang tidak stabil ini yang dimanfaatkan sutradara untuk mempermainkan persepsi penonton. Apakah keanehan di rumah itu memang terjadi? Atau itu hanya bayangan Will yang masih dihinggapi kesedihan?
Satu per satu keanehan mulai dihadirkan. Di antara Will dan kawan-kawannya hadir orang-orang tak dikenal yang katanya teman Eden dan David. Mereka adalah Sadie (Lindsay Burdge) dan Pruitt (John Carroll Lynch).