Demi prestasi, orang tua menjejali anak dengan jadwal belajar padat. Sedikit yang tahu bahwa kunci sukses pendidikan anak adalah… tidur!
Senin pagi itu, di Ehipassiko School, Banten, Dzulfikar Al’ala melakukan hal yang menjadi kebiasaan nya sebelum mengajar. Ia berkeliaran di lingkungan sekolah, menyapu murid yang berhambur datang agar segera masuk.
Keterlambatan adalah hal yang jamak di mata guru, termasuk Dzulfikar. Ia tahu mana saja murid yang hobi telat. Tetapi Senin itu, seorang siswi menarik perhatiannya. Rina*, siswi kelas 7, datang dalam keadaan lesu. Hari itu adalah ketiga kalinya ia terlambat, secara berturut-turut.
Jam sekolah Indonesia termasuk yang terpagi di dunia, bahkan untuk ukuran Asia yang memiliki kemiripan iklim, budaya dan metode belajar. Siswa di Singapura, misalnya, masuk sekolah pukul 07.30. Di Korea Selatan, siswa masuk pukul 08.00, sementara di Jepang pukul 08.30. Di Eropa dan Amerika Serikat lebih siang lagi. Para siswa masuk pukul 08.40 atau 09.00. Rekor Indonesia justru dipatahkan oleh Jakarta yang mewajibkan siswa masuk pukul 06.30.
Retno Listyarti, Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), mengatakan bahwa kebijakan jam masuk Sekolah Dasar di DKI Jakarta itu melanggar hak asasi anak. “Dasar dari kebijakan adalah mengurangi kemacetan lalu lintas. Dari situ saja sudah tidak berpihak pada anak. Apalagi, kemacetan tak juga berkurang.”
Sebaliknya, hasil penelitian FSGI selama tiga tahun pasca aturan diterapkan justru menunjukan kekhawatiran. Dalam survei yang melibatkan ratusan siswa, FSGI melihat peningkatan tren penyakit pencernaan yang diduga disebabkan perubahan pola makan.Banyak pihak, mulai dari pemerintah, sekolah maupun orang tua, tidak menganggap tidur berimplikasi langsung terhadap pendidikan anak.
Ilsutrasinya seperti ini: Karena masuk terlalu pagi, siswa tidak sarapan di rumah, baik karena tidak sempat maupun karena masakan belum siap. Akhirnya, mereka jajan di sekolah atau menahan lapar hingga jam istirahat pertama, sekitar pukul 09.30.
Dampak berlanjut. Lantaran baru makan di istirahat pertama, ketika jam istirahat siang para siswa seringkali belum lapar, dan baru makan lagi usai pulang sekolah. “Perubahan itu membuat banyak siswa sakit pencernaan. Ada yang karena jajan, tetapi lebih banyak terkena maag,” kata Retno.
Bagaimanapun, banyak pihak tidak menganggap serius survei tersebut. Mereka tak melihat adanya implikasi langsung terhadap pendidikan anak. Lagi pula, apalah arti perbedaan yang hanya setengah hingga satu jam?