Zoya Amirin sering menerima foto penis di laman Facebook-nya. Dalam sehari, minimal ia dapat satu hingga lima kiriman. Kadang, ia merasa dilecehkan. Di lain sisi, ia melihatnya sebagai cermin literasi masyarakat terhadap seks. Sebagai seksolog, adalah tugasnya membuat masyarakat lebih cerdas.
“Seksologi itu ilmu yang mempelajari seksualitas manusia secara mendalam,” jelasnya soal salah kaprah atas profesinya. “Dan seksualitas itu luas, bukan hanya tentang berhubungan seks.” Topik cinta, kencan, perselingkuhan, patah hati, hingga bagaimana menjalin komunikasi mesra antar pasangan yang juga termasuk ranah keilmuannya.
Umumnya, profesi seksolog diisi orang-orang berlatar pendidikan dokter. Zoya berbeda. “Saya satu-satunya seksolog perempuan bersertifikat dengan latar belakang psikologi di Indonesia,” klaimnya. Ia belajar Psikologi Klinis di Universitas Indonesia, kemudian mendapatkan gelar seksolog dari Universitas Udayana, Bali, di bawah bimbingan Prof. Dr. dr. Wimpie Pangkahila, Sp. And, FAACS. Minat terhadap seksologi mulai muncul ketika Zoya mengikuti kelas Psikologi Seksual di masa akhir pendidikan sarjana. Kelas oleh Prof. Dr. Sarlito Wirawan Sarwono itu memuaskan rasa penasaran Zoya, serta menjawab pertanyaan yang tak bisa lagi dijawab sang ibu.
Perceraian Zoya pada tujuh tahun yang lalu juga punya andil. Zoya yang patah hati ingin memahami perasaan yang dialami. Semakin ia paham, semakin mudah baginya berdamai dan memaafkan masa lalu.
Seorang psikolog terlatih mempelajari masalah emosi. Hal itu menjadi keuntungan tersendiri. Ketika obat tak bisa menjadi solusi, Zoya menjadi tempat rujukan. Misalnya, kata Zoya, “Ketika seseorang mengalami disfungsi ereksi, dokter akan melakukan tes hormon dan kolesterol. Kalau tidak ada masalah, maka pasien diserahkan ke saya karena pasti ada masalah dengan kondisi kejiwaannya.”
Cara Zoya menangani masalah seks para klien juga unik. Ia punya tugas-tugas yang mesti diikuti pasangan, seperti mencoba bertatap-tatapan, menyuruh mereka berkencan romantis, berciuman mesra, hingga berbagi fantasi seksual. Seks yang berkualitas sangat kompleks, sehingga kedekatan secara emosi sangat diperlukan agar koneksi terjalin.
[Baca juga tentang wanita seksi di mata pria di sini.]
Kendati selalu memberikan saran terkait seks, Zoya mengaku bahwa bercinta bukan segala-galanya dalam pernikahan. “Yang terpenting adalah kualitas kebahagiaan. Happy nggak, pasangan ini? Ketika pasangan tidak melakukan seks, tapi saling sayang, tetap berpegangan tangan, hang out berdua, dan bahagia, ya, tidak masalah,” paparnya.Banyak kejadian lucu ketika seseorang mendengar profesinya, terutama dari kalangan pria. “Kalau bukan bengong, ya, jadi insecure. Mereka akan bilang, ‘Zoya, saya nggak punya masalah, kok, dengan seksualitas’,” kenangnya. Yang agak mengganggu adalah, ucapan itu terlontar dari ayah seorang pria yang pernah dekat dengannya!
Setiap orang punya alasan atas pilihan hidup mereka, termasuk Zoya yang mantap memilih karier tak lazim di Indonesia. “Kita ke dokter untuk memahami kesehatan, ke rumah ibadah untuk memahami hubungan kita dengan Sang Pencipta, ke fitness center untuk olahraga,” ujarnya. “Tapi kenapa manusia tidak bisa secara aktif mengekspresikan seksualitas dengan cara yang sehat?”
Baginya, kualitas hidup yang lebih baik akan diraih jika manusia paham tentang dirinya, tak terkecuali soal seks. Ia bertekad memupus mitos-mitos tentang seks yang masih banyak dipercaya masyarakat. Misalnya, seorang wanita diceraikan suami lantaran dianggap tak perawan, karena ia tidak mengeluarkan darah saat malam pertama. Padahal tuduhan itu belum tentu benar. Ada juga mitos yang membuat pria terobsesi dengan ukuran penis yang besar, padahal ukuran tidak ada sangkut pautnya dengan kepuasan bercinta.
Di sisi lain, Zoya juga ingin membangkitkan kepercayaan diri wanita untuk mengekspresikan seksualitasnya. Suatu saat, wanita tak perlu lagi merasa malu untuk mengajak pria berkencan, termasuk mengajak pasangannya bermesraan di ranjang...
Baca juga tentang serunya profesi casting director di sini.
Foto: Previan F. Pangalila
Pengarah gaya: Siti Hanifiah
Makeup oleh: Atika Sakura