Yonatan Digo Permadi, alumnus Arva School of Fashion, Surabaya, menjadi Pemenang I Lomba Perancang Aksesori Femina Group 2016, dan berhak mengikuti Fashion Accessories Short Course selama tiga minggu di Istituto Marangoni, Milan.
Kepada Arni Kusumadewi, ia menceritakan serunya pengalaman menambah ilmu sekaligus membuka wawasannya tentang industri fashion, langsung dari salah satu pusat mode dunia.
Pengalaman pertama di musim dingin
Ini merupakan pengalaman pertama bagi saya, Digo, melancong ke Eropa. Bukan hanya untuk menikmati indahnya arsitektur Italia yang masyhur, namun juga untuk mempelajari lebih dalam lagi dunia mode yang sudah saya geluti selama ini.
Saya mendapat kesempatan tiga minggu, dari tanggal 4-31 Januari 2018, belajar di Istituto Marangoni, Milan, sebagai hadiah kemenangan saya di Lomba Perancang Aksesori (LPA) 2016.
Masuk kelas intensif di salah satu fashion capital di dunia merupakan salah satu pencapaian terbesar dalam hidup saya. Perasaan saya campur aduk. Senang, takut, excited, dan khawatir, membaur jadi satu.
Saat itu musim dingin, udara pagi hari bisa turun hingga 6 derajat Celcius. Tapi semangat saya mengalahkan rasa dingin yang menusuk sampai ke tulang itu. Setiap hari saya berjalan kaki sekitar 20 menit dari tempat saya tinggal menuju kampus Istituto Marangoni.
Sekolah mode ini terletak di sebuah gedung enam lantai, tak jauh dari Duomo, katedral terbesar di Milan, yang juga pusat kota. Jalanan ini merupakan pusat belanja yang dipenuhi butik-butik dari brand ternama dunia. Lokasi yang sungguh tepat untuk sebuah sekolah mode.
Kelas yang saya masuki seperti miniatur dunia karena para murid datang dari berbagai negara. Menurut saya, murid-murid di Marangoni ini berdandan sangat keren. Mereka tak ragu mengekspresikan gaya yang diminati ke dalam penampilan sehari-hari. Sungguh menginspirasi dan sangat berani.
Banyak ilmu dalam waktu singkat
Dalam waktu tiga minggu, kami diberikan arahan melalui trend forecast, atau panduan tren di tahun berikutnya sebagai pengantar untuk membuat sebuah mini collection sebagai tugas akhir belajar.
Kami dibekali berbagai workshop, seperti pengetahuan kain, fashion influence, fashion marketing, hingga membuat portofolio yang layak. Dalam jangka waktu cukup singkat, saya menyerap begitu banyak ilmu baru yang begitu berharga dan bisa jadi modal pengembangan desain saya ke depannya.
Di sela-sela belajar di dalam kelas, kami diberi tugas untuk fabric sourcing ke sejumlah toko kain di Milan. Ternyata, begitu banyak ragam tekstil yang saya temukan di sini. Pengetahuan saya bertambah lagi. Di toko-toko ini saya melihat material kain dari bahan natural dan merupakan kualitas terbaik Italia.
Saya bertekad menggunakan waktu sebaik-baiknya selama saya berada di Milan untuk menyerap inspirasi. Jadi, di luar jam sekolah, saya menghabiskan waktu mengeksplorasi kota. Saya tertarik pada arsitektur, jadi saya mendatangi bangunan-bangunan bersejarah menjadi kesukaan saya.
Kota ini dipenuhi gaya arsitektur Baroque yang dipertahankan dengan cara difungsikan untuk keperluan masa sekarang tanpa mengubah bentuk asli bangunan. Di sisi lain, saya sangat tertarik pada street art, seperti mural dan grafiti, yang banyak menghiasi tembok-tembok di sudut kota.
Klik halaman selanjutnya untuk pengalaman Digo di Milan lainnya