Generasi lama perantau Minang di Jakarta tentunya mengenal bumbu rempah racikan Tjik Oneh yang beredar di Jakarta sejak tahun 60-an.
Uniknya, di tengah serbuan bumbu masakan instan keluaran berbagai perusahaan boga raksasa, bumbu Tjik Oneh masih tetap bertahan. Keturunannya—para cucu Tjik Oneh—dengan susah payah mempertahankan tradisi yang diturunkan sang nenek seautentik mungkin, di antaranya Yasmin, 50, dan adiknya, Komala Dewi, 40.
Siapa sebenarnya Tjik Oneh? Wanita bernama asli Ahmadbi ini berasal dari Bukittinggi, Sumatra Barat, kelahiran tahun 1891, dan terkenal pintar memasak. Ketika Ibu Kota RI pindah sementara ke Bukittinggi (1948-1949), ia membantu perjuangan dengan memasak untuk dapur umum.
Kepiawaian memasak Tjik Oneh lantas menjadi buah bibir di kalangan para pejuang. Kabarnya, tak kurang dari Bung Karno, Bung Hatta, Bung Sjahrir, dan Sjafruddin Prawiranegara ketagihan dengan gulai kambing dan rendang buatan Ahmadbi yang dianggap khas Bukittinggi.
Di tahun 50-an, setelah suaminya meninggal, Tjik Oneh pindah ke Jakarta dan tinggal bersama anaknya, M. Husein Ismail, yang menikah dengan Rahima. Selain tetap terkenal dengan masakannya yang lezat, ia berbisnis cendera mata. Sebuah sertifikat penghargaan dari Menteri Perdagangan RI untuk keikutsertaan Tjik Oneh di perhelatan Asian Games 1962 di Jakarta sampai kini masih tergantung di rumah Husein Ismail di kawasan Matraman, Jakarta.
“Banyak orang meminta resep masakan Tjik Oneh dan nenek saya memberikannya dengan cuma-cuma. Tapi namanya orang zaman dulu, tidak ada takaran bumbu dan rempah yang jelas, semua hanya dikira-kira,” ungkap Yasmin, anak ke-6 pasangan Husein-Rahima.
Ketika permintaan makin banyak, barulah Husein terpikir untuk membuat standardisasi takaran rempah-rempah bagi resep Tjik Oneh, sekaligus menjualnya. Sejak itu, bumbu rempah Tjik Oneh banyak beredar di pasar-pasar, dijual oleh para pedagang bumbu masak yang membelinya ke rumah Tjik Oneh. Beberapa restoran Padang terkenal di Jakarta juga diketahui pernah menggunakan bumbu rempah Tjik Oneh.
Ada empat rempah dasar Tjik Oneh yang diproduksi: Bumbu rendang, bumbu gulai, bumbu opor, dan bumbu semur. “Yang kami produksi hanyalah racikan rempah-rempah keringnya, seperti ketumbar, pala, jintan, kayu manis, dan sebagainya. Tapi yang pasti, tanpa tambahan vetsin. Sebagai pelengkap, bagi setiap pembeli kami menyediakan beberapa resep dengan menggunakan bumbu rempah Tjik Oneh. Ikuti saja resep itu, pasti jadi dan lezat,” Komala menjamin.
Dan sejak dimulai oleh orang tua mereka di tahun 60-an, hingga sekarang mereka selalu menjaga kualitas bahan-bahannya serta takarannya. “Tidak diubah sedikit pun, termasuk cara pembuatannya. Semua dikerjakan secara manual, mulai dari mencuci, menjemur, menggongseng, menggiling, hingga mengayaknya. “Begitu juga kemasannya, masih sama seperti dulu, yaitu dibungkus dengan kertas kopi yang tebal. Sengaja tidak kami ubah supaya tetap menjadi ciri khas rempah Tjik Oneh,” Yasmin menambahkan.
Sejumlah keluarga pejabat di masa lalu, khususnya yang berdarah Minang, pernah menjadi pelanggan setia rempah Tjik Oneh. Sebut saja keluarga Bung Hatta, Charirul Saleh, Jenderal Kemal Idris, Bustanil Arifin, dan Emil Salim. “Bahkan sampai sekarang, masih banyak orang Minang yang kalau mau ke luar negeri, sengaja membawa bekal dan oleh-oleh rempah Tjik Oneh,” kata Komala.
Dengan kemasan sederhana seperti itu, tentu saja bumbu rempah Tjik Oneh sering dipalsukan. “Tapi kami tidak khawatir—karena kalau orang sudah pernah merasakan rempah Tjik Oneh, pasti tak mau beralih,” ujar Komala, si bungsu yang bergelar master di bidang perbankan. Untuk menjaga keautentikannya, mereka mendaftarkan hak paten Tjik Oneh ke Dirjen Kekayaan Intelektual. Mereka juga sudah mendapat izin edar dari Kementerian Kesehatan.
Sayangnya keterbatasan modal membuat mereka tak bisa mengembangkan usaha ini lebih jauh lagi. Produksi bumbu rempah Tjik Oneh hingga kini masih merupakan usaha rumahan dan terbatas. “Maunya, sih, suatu hari nanti kami bisa punya rumah makan sendiri yang khusus menyediakan hidangan Minang dengan bumbu Tjik Oneh,” ujar Yasmin, tersenyum.
Foto: Dachri M.S
Pengarah gaya: Erin Metasari
Rias wajah: Tania Ledezma