Wanita kelahiran 14 April 1980 ini memiliki panggilan hati yang lain selain dunia hiburan. Bersama dua temannya, Amanda dan Janna Soekasah, ia menggagas gerakan #IamHope, sebuah gerakan solidaritas sekaligus penghimpunan dana bantuan untuk para pasien kanker. Bermula dari 25 Gelang Harapan, kini gerakan ini telah menjual lebih dari 15 ribu gelang yang dijalin dari kain-kain sisa produksi desainer Ghea Panggabean.
Ada satu lagi aktivasi yang dijalankan Wulan bersama timnya dalam HOPE. Sebuah film layar lebar berjudul I am Hope yang dibintangi oleh Tatjana Saphira dan Fachry Albar rencananya siap tayang di jaringan bioskop nasional pada Februari 2016, bertepatan dengan Hari Kanker Sedunia. “Kami nggak mau hanya bergerak di penjualan gelang saja. Ini harus viral, harus menyebar dan besar,” ujarnya. Film dirasanya sebagai jalan kreatif yang tepat. Ada cerita yag menginspirasi sehingga mudah diingat masyarakat dan bisa mengajak lebih banyak pihak untuk menjadi Warrior of Hope.
Bersama Amanda dan Janna, Wulan memproduseri film ini, dengan dirinya betanggung jawab di produksi, Janna di keuangan, dan Manda di pemasarannya. Meski begitu, Wulan mengaku bahwa eksekusinya di lapangan tetap dikerjakan bersama. Ada suaminya, Adilla Dimitri, juga yang menjadi sutradara film ini. Putri sulungnya, Shaloom pun terlibat di sini sebagai anak magang. “Setidaknya ia tahu seperti apa proses produksi sebuah film, di lapangan itu seperti apa, karena saya lihat dia tertarik ke directing. Tapi dalam film ini dia magang di departemen yang berbeda agar tahu seluk beluk perfilman.”
Wulan lalu bercerita tentang debut akting Shaloom di film Cinta Selamanya (2015). Awalnya ia mempertanyakan keseriusan Shaloom saat tawaran datang, namun seiring dengan berjalannya waktu ia dapat melihat keseriusan putrinya itu. “Saya tekankan padanya bahwa siapa pun itu tidak akan bisa matang aktingnya dalam sekali main film saja,” katanya bijaksana. Ia menilai aktor-aktor yang bisa sukses perjalanan hidupnya cukup keras, itulah pelajarannya. Ia pun berkeyakinan bahwa fondasi karakter yang kuat tak akan menjebloskan seseorang terlalu jauh. “Sesekali terjatuh dan tertimpa tangga dalam hidup itu wajar saja. Tapi dengan fondasi yang kuat manusia bisa putar balik, bukan terjerambap terus berkepanjangan.”
Lewat HOPE, ia mengedukasi anak-anaknya dengan contoh nyata. “Be kind to others karena kita tidak pernah tahu bahwa seseorang sedang berada in their own battles,” pesannya. Mengajak mereka terlibat dalam gerakan ini juga untuk memupuk rasa bersyukur dengan melihat tak semua anak bisa punya kesempatan sebaik mereka yang dikaruniai kesehatan. Dengan melihat dan merasakan semangat dari mereka yang sakit, ia berharap anak-anaknya yang lebih terpacu lagi.
Sebagaimana orangtua lainnya, ada perasaan tak yakin pada diri Wulan soal apakah ia sudah memberikan bekal-bekal penting untuk anak di kemudian hari. Tapi sebagaimana orangtua lainnya juga, tak ada cara terbaik selain tetap mengupayakan yang terbaik bagi anak-anak. Sebab, memang tak pernah ada sekolah bagi orangtua, bukan?
Baca juga: Gerakan dan Kampanye Wulan Guritno