Massa tulang dibentuk sejak dalam kandungan, lalu balita, masa kanak-kanak hingga remaja. Pada usia 30 tahunan, kepadatan tulang mencapai puncaknya. Tapi di usia 35 sampai 50 tahun, massa tulang menurun, terutama pada wanita. Pada usia subur, massa tulang akan digerogoti karena kehamilan dan menyusui.
Setelah usia 35 tahun, estrogen mulai berkurang dan menyebabkan wanita kehilangan jaringan tulang sebanyak dua hingga tiga persen per tahun sampai ia menopause (usia 49-51 tahun), dan akan berlangsung terus sampai lima hingga 10 tahun pasca menopause. Dapat kita bayangkan betapa banyaknya jaringan tulang yang hilang bagi perempuan, apalagi kalau massa tulang dari awal tidak padat.
Masalahnya, osteoporosis hampir tidak menunjukkan gejala. Karena itu, Prof. Ichramsjah menyarankan kita mulai waspada ketika tinggi badan mulai berkurang 3 cm setiap tahun. Sebetulnya bukan tinggi badan kita yang berkurang, tetapi tubuh membungkuk akibat kepadatan tulang berkurang. “Penderita osteoporosis rata-rata berusia di atas 50 tahun tetapi sekarang bisa lebih muda, mulai 45 tahun. Kalau di bawah 45 tahun, biasanya akibat penyakit lain seperti diabetes, asma, atau pelari yang berlatih terlalu keras.”
Pemeriksaan kepadatan tulang bisa dilakukan di rumah sakit yang memiliki alat Bone Mineral Densitometry (BMD). Pemindaian tulang dilakukan dalam 15 menit dan hasilnya bisa ditunggu. Pasien dapat melihat apakah massa tulangnya masih dalam kondisi normal, osteopenia (menuju osteoporosis), atau sudah osteoporosis. Pemeriksaan dengan alat ini dapat dilakukan sekali dalam setahun. Tulang yang dipindai adalah tulang tangan yang jarang digunakan—untuk orang normal tangan kiri, untuk yang kidal tangan kanan—serta pangkal paha kanan dan tulang belakang.
Jika Anda saat ini telah memasuki usia menopause, jangan sedih dulu—menurut Prof. Ichramsjah, wanita yang rutin berolahraga berisiko lebih rendah terkena osteoporosis. “Olahraga terbaik untuk tulang adalah angkat beban dan senam osteoporosis,” sarannya.
Selain itu, mengonsumsi makanan tinggi kalsium seperti sayuran hijau, kacang-kacangan, kedelai dan produk olahannya seperti tempe dan tahu, ikan seperti teri, sarden dan makarel kalengan dengan tulangnya, dan salmon—untuk membantu menjaga kepadatan tulang. Jangan lupa menjaga asupan vitamin D dengan rutin terpapar sinar matahari pagi dan sore.
Foto: 123RF