Hati-hati mengonsumsi pil tidur untuk membantu mengistirahatkan tubuh. Penggunaan jangka panjang berdampak negatif!
Angelina, 42, adalah wanita karier yang sulit tidur setiap malam. Alih-alih memeriksakan diri ke dokter, ia memilih meminum obat tidur yang bisa dibeli tanpa resep dokter. Mengonsumsi obat tidur pun menjadi rutin karena ia merasa nyaman dan berhasil tidur nyenyak bila menelan pil tidur. Suatu pagi Angelina mendapati wajahnya bengkak. Merasa tidak paham dengan kondisinya, ia mendatangi dokter. Kata dokter, bengkak di wajahnya adalah efek samping obat tidur yang digunakan Angelina selama ini.
“Ketergantungan, merupakan dampak penggunaan obat tidur secara berkepanjangan,” kata dr. Irzan Nurman, MSc, staf pengajar program studi Teknologi Biomedis di Pascasarjana Universitas Indonesia. Selain ketergantungan, penggunaan jangka panjang dari obat tidur bisa mengakibatkan toleransi sehingga semakin lama diperlukan dosis yang semakin tinggi. Kemungkinan terjadi efek samping pada pengguna pun akan semakin besar.
Selain wajah bengkak, efek samping obat tidur yang umum adalah nafsu makan berubah, rasa terbakar atau geli pada kaki dan tangan, diare, sulit buang air besar atau konstipasi, sulit menjaga keseimbangan, sakit kepala, mulut atau tenggorokan kering, nyeri ulu hati, mengantuk di siang hari, lemas, gangguan pada ingatan dan tidak fokus, alergi, serta detak jantung tidak teratur.
Pada kasus tertentu efek samping obat tidur dapat menjadi parah seperti parasomnias, yaitu perilaku dan tindakan yang tidak dapat dikontrol. Orang yang mengalami parasomnias menjadi tidak sadar apa yang terjadi. Pada saat tidak sadar, penderita dapat berjalan, makan, bahkan menelepon sambil tidur. Jangan sampai ini terjadi pada Anda.
Tidak semua obat dapat menyebabkan ketergantungan. Seseorang menjadi ketergantungan ketika obat itu mengubah perilakunya dan mengubah metode penggunaan, serta menciptakan kebutuhan untuk terus menggunakan atau mendapatkan dosis yang lebih banyak.
“Ketergantungan bisa bersifat positif bila berkaitan dengan keberlangsungan dan peningkatan kualitas hidup. Misalnya saja seseorang yang mengidap diabetes mellitus tipe-1 tergantung pada injeksi insulin. Contoh lain, wanita yang mengalami menopause dini karena gangguan hormonal dan menjalani terapi estrogen,” ungkap dr. Irzan. Pada kasus Angelina, ketergantungannya sudah ke arah negatif dan menimbulkan efek samping yang merugikan.