“Puasa. Apa itu, ya? Asyikkah berpuasa?” “Aku pengen ikutan puasa.”
Itu yang saya pikirkan ketika saya berusia 4 tahun. Semua orang dewasa yang tinggal di rumah kami berpuasa. Ketika saya ungkapkan niat saya untuk berpuasa, ternyata semua orang menyambut gembira.
Itu adalah pengalaman pertama saya berpuasa, meski hanya sampai waktu Zuhur.
Anda ingin melatih si kecil berpuasa di bulan Ramadan dan menjadikan pengalaman pertamanya berpuasa begitu berkesan? Kenali dulu anak Anda, karena tidak ada patokan usia yang benar-benar pas untuk melatih anak berpuasa.
1. Anak siap dan sadar ingin puasa
Anak Anda bisa dilatih berpuasa, jika dia memang siap dan sadar ingin berpuasa. Berapa pun usianya, 4 atau 5 tahun. Berpuasa tidak semata urusan fisik, menahan lapar dan haus, tapi lebih pada aktivitas mental: Menahan diri.
Itu sebabnya melatih anak berpuasa berarti harus memperhatikan kesiapan mentalnya.
2. Anak tumbuh kembang normal
Ia memiliki berat badan seimbang. Anak yang terlalu kurus tentu sebaiknya tidak diwajibkan berpuasa sampai ia benar-benar mencapai berat badan normal. Demikian pula anak stunting tidak diharuskan berpuasa.
3. Tercukupi kebutuhan nutrisinya, pada saat sahur dan berbuka
Di masa tumbuh kembang, anak perlu kecukupan gizi karena ia tumbuh dan berkembang sangat cepat.
Karena itu, ketika anak berpuasa, harus tetap terpenuhi kebutuhan nutrisinya yang diperoleh dari makan sahur dan berbuka puasa.
Kebutuhan kalori anak usia 4-6 tahun adalah 1.550 Kkal. Saat sahur, penuhi kebutuhan karbohidrat kompleks seperti roti gandum atau nasi, karena karbohidrat kompleks tidak akan membuat anak cepat lapar.
Penuhi juga dengan protein yang diperoleh dari telur, tempe, tahu, ikan, dan daging, dan kacang-kacangan. Tambahkan sayuran untuk memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral seperti zat besi, asam folat, zinc, vitamin A, E, D, dan K.
Penuhi juga kebutuhan air minum sesuai usia dan berat badannya. Kebutuhan air minum anak usia 4 tahun adalah 100-110 ml/kgBB/hari. Misal berat badannya 20 kg, kalikan 100 ml = 2 liter. Ini dibagi saat sahur dan berbuka.
Saat berbuka, awali dengan minuman manis hangat, seperti teh manis dan atau kolak hangat. Hindari minuman dingin meski rasanya akan lebih segar karena cuaca panas. Minuman dan makanan hangat akan meningkatkan aktivitas pencernaan sehingga makanan dicerna secara cepat untuk menghasilkan energi.
Setelah salat Magrib, berikan makanan lengkap. Setelah salat Tarawih, berikan makanan selingan lagi, terutama yang diinginkan oleh anak selama dia berpuasa.
Biarkan anak minum susu satu jam menjelang tidur agar anak tidak terbangun karena ingin buang air kecil. Ini untuk menghindari anak sulit bangun ketika sahur. Atau, pindahkan susu di saat sahur.
Foto: Randy Fath/Unsplash