Ketika Walter Pitkin, psikolog asal AS, menulis buku berjudul Life Begins at Forty, maknanya berbeda dari yang banyak diterapkan di masa kini.
Pitkin menulis kalimat itu karena setelah abad ke-20, angka kematian tak lagi di usia 40. Sementara kita sering menganggap bahwa usia 40 adalah saat yang tepat untuk memulai hidup.
Usia 40, terutama bagi wanita, dianggap usia penting, karena banyak hal bakal terjadi pada mereka. Usia 40 juga dianggap 'usia matang', bahasa halus dari berbagai konotasi, namun intinya, tidak muda lagi.
Dua sahabat, Rosdiana Setyaningrum dan Hannie Kusuma, memperlihatkan sisi lain dari usia 40 bagi wanita dalam buku 40 Is the New 20. Inilah usia yang mungkin saja telah menunjukkan kesuksesan, lengkapnya kehidupan, atau justru kegelisahan mengejar passion baru.
Sebagai Generasi X, Diana dan Hannie menulis dengan sudut pandang yang berbeda dari cara ibu kita melihat usia 40.
Bagi Generasi X yang lebih advanced dari Baby Boomers, usia 40 bukan lagi usia yang harus ditakuti ketika ia datang. Bukan juga harus disembunyikan, karena tak ada yang salah jika Anda berusia 40(-an) di tengah rekan kerja yang semuanya milenial, kan?
Diana dan Hannie membahas buku ini dalam beberapa bagian. Ada yang ditulis oleh Diana atau Hannie saja, ada yang mereka tulis berdua. Dari beberapa fakta tentang perubahan fisik wanita di usia 40-an, faktor psikologis yang sering dialami, hingga bagaimana lebih mencintai diri sendiri.
Buku ini juga terasa lebih realistis karena memuat kisah beberapa wanita mandiri dan sukses dalam menikmati usia 40-an mereka.
Namun seperti yang ditulis dalam buku ini, "semua dalam pikiran," merayakan dan menikmati usia 40 juga mengubah persepsi orang-orang yang Anda sayangi. Contohnya, anak sulung saya mengira saya sedang 'krisis identitas' karena membaca buku ini, ha ha.
Di luar typo dan beberapa editing yang kurang mulus, buku ini menjadi afirmasi bahwa usia 40(-an) harus Anda nikmati. Setuju atau tidak dengan konsep yang ditawarkan Diana dan Hannie, itu cerita lain....
Foto: Nabila Kariza