Hanya satu cita-cita Shinta: ia ingin Indonesia ada di peta IT dunia.
Menjadi anak pertama dari empat bersaudara membuat Shinta harus memutar otak. Saat itu Shinta sudah menyelesaikan studi S-1 Jurusan Arsitektur di Portland State University, AS, dan ingin melanjutkan S-2 Jurusan Bisnis di University of Oregon, AS. Saat itu, sang ayah meminta Shinta mencari uang sendiri untuk melanjutkan studinya.
Karena Shinta mencari uang sendiri, ia dipertemukan dengan dunia IT. Ia melamar pekerjaan sebagai supervisor di laboratorium komputer University of Oregon. Dari sekadar iseng mencoba bermain internet, ketertarikanShinta berkembang. Dari internet, Shinta belajar mendesain website secara autodidak. Sepulangnya ke Indonesia, kecintaan Shinta pada teknologi pun terus berlanjut.
Pada tahun 1996, Shinta membangun web design company bernama Bubu.com. Tantangannya banyak. Saat itu internet belum populer di Indonesia. Waktu itu Shinta harus bekerja ekstra keras. Pertama, ia harus menjelaskan apa itu internet kepada klien. Kedua, ia menjelaskan tentang apa itu website. Tantangan lainnya adalah sulit mencari karyawan, karena banyak orang yang tidak mengerti tentang bisnis yang ia jalani. Saat itu, programmer juga masih jarang di Indonesia. Sepuluh tahun kemudian, perusahaan yang tadinya hanya bergerak di desain website berkembang menjadi digital agency.
Soal digital agency, bayangkan ia sebagai advertising agency tapi berbasis digital. Dengan digital agency, strategi marketing bisa dilakukan secara online, mulai dari memasang iklan di media sosial, merencanakan konten media sosial, membuat aplikasi di mobile phone, hingga membuat video singkat di YouTube. Kini, sudah lebih dari 300 perusahaan yang menjadi klien Bubu.com, antara lain Unilever, Indofood, Path, dan Total
Sesungguhnya hanya satu cita-cita Shinta—ia ingin Indonesia ada di peta IT dunia. Bukan hanya sebagai pengguna media sosial, tapi juga sebagai pebisnis yang diperhitungkan. Maka itu Shinta menggagas Bubu Award sejak 2001. Mulanya, Bubu Award hanya memberikan penghargaan pada pencipta website paling menarik. Seiring perkembangan teknologi, kini Bubu Award memiliki lebih dari 13 kategori. Ada juga penghargaan untuk bisnis start-up dan pengembang aplikasi smartphone. Khusus pemenang di kategori start-up, hadiahnya berangkat ke Sillicon Valley!
“Di sana, aku kenalin dengan network aku. Misalnya tahun ini kami ketemu sama Vice President-nya Facebook. Terus kami ketemu sama Head Developer-nya Apple. Kami ketemu sama venture capital dan perusahaan-perusahaan start-up. Kami juga makan siang sama orang-orang Indonesia yang kerja di Google,” ungkap Shinta bersemangat. Sejak 2011, Shinta juga membuat IDByte.
Di konferensi digital terbesar di Indonesia ini, para pengusaha digital Indonesia bisa menjalin network dengan investor yang datang, juga ikut workshop dengan pembicara dari dunia industri. Tercatat nama David Yin, Business Development Manager Google Play Apps & Games di Asia Tenggara, dan John Lagerling, Vice President of Business Development Facebook di IDByte 2015. Walau berhalangan hadir, Sheryl Sandberg—COO Facebook—dan Tony Fernandes— Founder Air Asia—membuat video khusus untuk ditayangkan di IDByte 2013.
Agar industri digital di Indonesia makin berkembang, Shinta turut andil mendanai perusahaan start-up sejak 2012. Ia juga menjadi mentor bisnis bagi mereka. “Aku ingin melihat ada perusahaan indonesia yang menjadi world class. Kalau aku bisa bantu perusahaan itu, why not? Mungkin belum tentu perusahaan aku yang maju, tapi kalau ada perusahaan lain, mengapa tidak aku bantu? Yang penting nama Indonesia bisa naik,” ujar Shinta.
Foto: Zaki Muhammad
Pengarah gaya: Siti H. Hanifiah
Rias wajah: Inez Febiola