Hal ini telah dilakukan Triana. Wanita 36 tahun ini minimal setahun sekali ke luar negeri untuk traveling. Ia telah traveling ke Inggris, Spanyol, Maroko, dan Australia. Ia menyimpan uang di tabungan dalam IDR lalu menukarnya saat akan berangkat. “Investasi saya hanya reksa dana saham dalam IDR dan itu tidak digunakan untuk traveling,” ujar Triana.
Senada dengan Triana, Lola, 34, juga menabung dalam IDR untuk traveling ke luar negeri. Ia memiliki deposito dalam IDR tapi disiapkan untuk keperluan lain. “Saya tidak tertarik investasi dalam mata uang asing, lebih baik dibelikan logam mulia,” ungkap Lola.
Hal ini berbeda dengan Donna Priadi, Government Affairs & Policy Director di General Electric Indonesia. Bekerja di perusahaan multinasional yang berpusat di Amerika Serikat dan mempunyai kantor bisnis di berbagai negara, Donna bepergian ke luar negeri beberapa kali dalam setahun untuk trip bisnis. Ia juga gemar traveling. Tak heran ia menyimpan dana dalam USD dan IDR.
“Dana buat traveling saya tabung di rekening AS dan Indonesia. Sedangkan deposito dalam IDR bukan untuk traveling, tapi lebih kepada kebutuhan besar di masa depan seperti sekolah anak. Saya berencana menyekolahkan anak ke luar negeri. Saya ibu dua anak remaja,” jelas Donna.
Donna saat ini sedang memikirkan untuk membuka deposito dalam USD. Ia hanya memilih tabungan dan deposito untuk menyimpan dana. “Saya konservatif, tidak berani spekulasi trading valas.”
Untuk tujuan finansial jangka panjang seperti kuliah anak, Ligwina menyarankan memilih reksa dana saham dalam IDR. Misalnya, saat anak berusia tiga tahun, Anda dapat menggunakan reksadana untuk mencapai tujuan finansial S-1 di Singapura dalam waktu 15 tahun ke depan.
Namun saat anak ini sudah berusia 16 tahun, sudah waktunya reksa dana ini secara bertahap dikonversikan ke tabungan dan deposito dalam bentuk Singapore Dollar (SGD). Namun pilihan tetap ada di tangan Anda.
Saat menyusun rencana keuangan, imbal hasil yang menjadi target perlu diukur terhadap target nilai yang ingin dicapai dan jangka waktu yang tersedia.
“Reksa dana saham dalam IDR memberikan imbal hasil jauh lebih tinggi. Asumsi yang sering digunakan perencana keuangan independen adalah 15%-20% per tahun untuk jangka waktu di atas 10 tahun. Efek dari besaran asumsi imbal hasil berpengaruh pada setoran yang harus dilakukan dalam berinvestasi. Semakin besar asumsi imbal hasil, semakin rendah setoran yang harus kita investaskan,” ujar Ligwina.
Dalam investasi valas yang imbal hasilnya jauh lebih rendah, untuk bisa mencapai target, konsekuensinya adalah setoran jadi jauh lebih besar.
Pertimbangan ketiga adalah memiliki dana yang sangat besar. Menurut Ligwina, jika Anda adalah high networth individual yang memiliki dana kas di atas Rp500 juta, maka Anda membutuhkan variasi portofolio yang lebih lebar.
“High networth individuals dengan dana kas di atas Rp10 miliar sudah membutuhkan portofolio dengan diversifikasi dalam mata uang asing,” kata Ligwina.