Sebagai penutup sepekan penuh gaya Jakarta Fashion Week 2017, Dewi Fashion Knights menampilkan karya terbaik enam desainer, salah satunya Toton.
Satu per satu para model melepaskan jaket warna gelap yang dipakai model di depannya, dan mereka silam ke belakang panggung.
Para model yang awalnya melintasi runway dengan memakai jaket kini terlihat memakai busana yang didominasi warna silver, biru muda, putih, dan abu-abu. Busana yang penuh detail cantik di dada, lengan, hingga punggung.
Koreografi yang manis menjadi aksen koleksi Toton, desainer ketiga di Dewi Fashion Knights 2016. Sesuai tema besar Cycle of Time and Culture, sang desainer, Toton Yanuar, mengambil inspirasi koleksinya dari konsep manusia sebagai makhluk budaya. Keragaman budaya menghadirkan lapisan dan karakter kepribadian yang bisa diambil atau ditinggalkan sesuai kebutuhan.
Lapisan-lapisan itu terlihat dalam rancangan Toton; transparan, layering, dan detail floral mendominasi. Dan saya merasa seperti menemukan taman tersembunyi saat jaket-jaket ditanggalkan, dan busana yang cantik sekaligus modern muncul sebagai gantinya.
Salah satu desainer Indonesia Fashion Forward ini memang makin matang dalam berkarya. Di tengah persiapannya menuju World Final International Woolmark Prize pada Januari 2017, Toton yang menang di International Woolmark Prize Regional Asia untuk Womenswear ini menghadirkan dua koleksi berbeda untuk Jakarta Fashion Week 2017.
Namun untuk Dewi Fashion Knights, Toton sengaja menegaskan DNA rancangannya yang feminin namun modern. Koleksi yang tak hanya mencuri perhatian (teman-teman fashion editor di front row semuanya mengangguk-angguk setuju), tapi juga terus terkenang hingga Dewi Fashion Knights selanjutnya.
Foto: Image.net/Jakarta Fashion Week 2017