Salah satu film yang bersinar di awards season 2019 adalah "Roma" yang disutradarai Alfonso Cuarón.
Film dalam format hitam-putih ini adalah film pertama Netflix yang masuk nominasi Film Terbaik di Oscar 2019, dan film kelima yang masuk nominasi Film Asing Terbaik sekaligus di ajang yang sama.
Ber-setting tahun 1970-an, film ini berkisah tentang Cleo (Yalitza Aparicio), asisten rumah tangga sebuah keluarga menengah di daerah Colonia Roma, Mexico City.
Kehidupan Cleo seputar mengurus keluarga itu, dari pagi hingga larut malam; keluarga itu terdiri atas Sofia si ibu (Marina de Tavira), Antonio si ayah (Fernando Grediaga), Teresa si nenek, empat anak mereka, dan ART lain, Adela.
Pernikahan Sofia dan Antonio tak romantis lagi karena Antonio selingkuh, namun Sofia berusaha mempertahankan integritas Antonio di mata anak-anaknya.
Cleo sendiri tengah menghadapi masalah pribadi: Ia hamil dari hubungannya dengan Fermin, namun Fermin malah seperti menghindarinya sejak tahu Cleo hamil.
Suasana politik di Mexico City yang memanas menghiasi kehidupan keluarga yang erat ini. Sebagai majikan, Sofia dan Teresa terlihat peduli pada cleo (termasuk menemaninya ke dokter, dan siaga saat Cleo melahirkan).
Format hitam-putih menguatkan cerita ini, termasuk menegaskan kepedihan Cleo, atau kegalauan Sofia yang ingin melindungi keluarganya.
"Roma" merupakan gabungan antara kisah nyata dan fiksi dari masa kecil sang sutradara, Alfonso Cuarón, di tengah para wanita kuat. Sang ibu, Sofia, yang tegar di tengah krisis rumah tangga, juga 'si mbak' Cleo yang terlihat tulus menyayangi anak-anak majikannya.
Saya tak bisa menahan tangis saat adegan Sofia memberitahukan perpisahannya dengan Antonio kepada anak-anaknya. Adegan Cleo melahirkan pun juga membuat saya bolak-balik mengambil tisu.
Bagi saya, Cuarón berhasil melahirkan film keluarga dari perspektif berbeda, yang menggambarkan keluarga pada umumnya di Mexico City awal tahun 70-an. Protes politik mungkin saja menggoyang mereka, namun tidak menggoyahkan cinta di antara mereka.
Foto: Netflix