Tak heran jika "Minari" disebut sebagai salah satu film terbaik di tahun 2020. Film yang terinspirasi masa kecil sang sutradara, Lee Isaac Chung, ini menggugah emosi dengan cerita yang begitu sederhana dan disajikan dari hati. Namun untuk karakter, seperti karakter Soon-ja, Lee Isaac membebaskan para pemain menginterpretasikannya.
Dari hati menurut saya jadi kata kunci, karena Lee Isaac, yang juga menulis skenario, menyajikan cerita ini tak hanya dari kacamatanya sebagai personifikasi David, tapi juga dengan cinta. Pemandangan pedalaman Amerika di musim panas menjadi latar belakang tepat perjuangan keluarga Yi.
Youn Yuh-jung pantas meraih Oscar 2021 untuk Aktris Pendukung Terbaik, namun semua pemain "Minari" berakting cemerlang. Steve Yeun, yang masuk nominasi Aktor Terbaik, berhasil menggambarkan kepala keluarga yang gundah tapi keras kepala. Han Ye-ri tak kalah apik bermain sebagai Monica, istri yang kecewa karena apa yang dijanjikan Jacob tak tercapai. Bahkan Alan Kim, yang saat syuting masih berusia tujuh tahun, berakting luar biasa.
Meski setting-nya tahun 1980-an, isu-isu yang terselip dalam film ini tetap relevan hingga kini. Ada isu rasisme (yang digambarkan terjadi tanpa niat buruk di gereja) dan linear dengan Asian hate di AS, isu pernikahan (Jacob dan Monica nyaris bercerai), sampai isu gegap budaya (dari sisi Soon-ja maupun David, meski David lahir dan besar di Amerika) dan mengajarkan anak beribadah. Menonton ini bikin saya mendadak kangen pada mendiang nenek.
Minari sendiri adalah tanaman asal Korea, yang bijinya dibawa Soon-ja, untuk ditanam di dekat sumber air atau sungai. Minari adalah sayuran yang batangnya ditambahkan untuk bermacam makanan Korea, seperti kimchi dan bibimbap. Dalam film ini, dia adalah simbol keluarga yang terus bertahan dan mencari makna rumah yang sebenarnya dalam kehidupan mereka.
Anda bisa menyaksikan "Minari" di jaringan bioskop CGV Cinemas di Indonesia, atau di Amazon Prime Video.
Foto: A24