Sebelum menjadi penyanyi, Tompi memang sudah senang berkesenian. Pria kelahiran Aceh ini sudah mempelajari Tari Saman dan Seudati dari dulu.
Karena itu, saat memandang foto dan gambar yang indah, Tompi juga tertarik ingin mempelajarinya. “Namun sayangnya dulu saya nggak punya kesempatan untuk membeli kamera. Saya baru ada rezeki untuk punya kamera kira-kira sepuluh tahun lalu,” ujar Tompi.
Secara otodidak Tompi mempelajari fotografi. Ia punya banyak teman fotografer yang mengajarinya. Ia mengaku tak pernah ikut kursus fotografi. “Saya percaya seni ini masalah rasa. Teknis bisa dipelajari,” kata pria kelahiran 1978 ini.
Di sela kesibukannya sebagai seorang dokter bedah plastik, sudah sejak setahun terakhir ini ia terjun sebagai fotografer profesional. Bersama dua rekannya, ia mendirikan Glympsphoto dan Violad yang memberikan jasa memotret fine art, iklan, video, hingga ke berbagai turunan desain kreatif. Kliennya datang dari berbagai kalangan, dengan tema beragam; dari wedding, iklan produk, dan sebagainya.
Sejak tiga tahun yang lalu, Tompi juga sudah mengulik kamera analog. Ia juga mendirikan Soup ‘N Film bersama tiga rekannya. Soup ‘N Film menyediakan roll film dan lab pro untuk memproses semua jenis roll film.
“Buat saya, yang paling membanggakan adalah karena saya pakai kamera film, sesuatu yang sudah mulai jarang saat ini. Apalagi semua proses saya jalani sendiri secara utuh,” ungkap Tompi.
Bagi Tompi, pemotretan itu terasa sangat menyenangkan karena ada interaksi antara partner, model, dan klien. “Saya senang proses kreatifnya, yaitu menemukan sebuah format ide kreatif yang belum dikerjakan orang lain,” kata Tompi.
Kami punya kejutan untuk para pembaca PESONA di Majalah PESONA edisi Maret 2017. Cover kami adalah hasil bidikan Tompi! Siapakah model cover-nya? pantikan saja di bulan Maret!
Foto: Koleksi pribadi