Anda dan adik-kakak masing-masing sudah berkeluarga, dan tinggal berpencaran. Hubungan yang tadinya kompak, lama-lama menjauh dengan alasan sibuk.
Pandemi Covid-19 mungkin saja memaksa Anda dan saudara-saudara kandung, karena berbagai alasan, kembali menjalin hubungan atau malah tinggal bareng lagi.
Namun, Anda belum merasakan kekompakan yang sama seperti ketika ngumpet-ngumpet kabur ke mall bersama adik-kakak masa sekolah dulu.
Menurut Ira Puspitawati, psikolog dari Universitas Gunadarma, relasi yang sangat intens antar anggota keluarga di saat semua berkumpul di satu rumah merupakan salah satu faktor yang membuat sebuah keluarga memiliki bonding yang kuat satu sama lain.
Dan bonding tersebut bisa bertahan sampai tua.
Selain itu, tidak dapat disangkal bahwa ikatan darah merupakan salah satu faktor pengikat yang kuat dalam sebuah keluarga, yang tidak bisa diputus oleh apa pun dan sampai kapan pun.
Namun harus diakui, ikatan darah tak selamanya kental. Banyak sekali faktor yang dapat menyebabkan kekentalan itu menurun.
Perselisihan, iri hati, cemburu, dengki adalah sebagian penyebab yang dapat mengencerkan kekentalan darah dalam sebuah keluarga. Apalagi dalam keluarga itu sudah ada keluarga-keluarga kecil lainnya, serta tinggal berpencaran dan berjauhan.
Ketika Anda dan saudara-saudara kandung masih tinggal bersama (dan single semua), pertengkaran dan perselisihan paham tentu tak bisa dihindari. Tapi biasanya mereda dengan sendirinya, karena masih ada ayah atau ibu yang melerai.
Tapi ketika masing-masing sudah berkeluarga, kemudian tinggal bersama lagi, memiliki tingkat ekonomi/sosial yang jomplang, apalagi bila kedua orang tua sudah tiada, perseteruan antar saudara kadang tidak bisa lagi didamaikan semudah dulu.
"Yang paling sering membuat keluarga yang semula rukun menjadi terpecah belah adalah urusan warisan," ujar Ira.
Tip menjaga persaudaraan tetap harmonis ada di halaman selanjutnya