Suara keempat wanita ini begitu merdu didengar. Kakak beradik Nine dan Ditta Wahab adalah mantan penyiar radio, begitu pula dengan Venita Daben. Sementara, Dewi Rezer biasa tampil di layar kaca melalui program MTV. Tetapi itu cerita lama. Kini, mereka menyapa Anda lewat kue.
Alasan mereka terjun ke dunia kue berbeda-beda. Nine dan Ditta, misalnya, karena memang doyan makan. Ketika mencicipi kue yang tidak enak, rasanya 'gatal' bukan main."Bahan, kan, nggak bisa bohong. Kami tertantang untuk bikin yang lebih enak." Hasilnya, toko kue Postre Cakery pun berdiri.
Venita punya alasan tersendiri. Sejak 2011, ia jadi rajin eksperimen di dapur karena rindu dengan kue bikinan almarhumah ibu. Ia sudah coba beli di toko, tapi tidak pernah ada yang bisamenggantikan sentuhan ibu. Dewi, di sisi lain, mengaku mulai gemar memasak sejak menikah. Ia ingin memasak sendiri makanan keluarganya. Kini, Venita dan Dewi adalah perempuan di balik kesuksesan Minilovebites dan Dulce De Lece.
Tetapi kesuksesan tidak datang begitu saja. Layaknya bisnis lain, mereka musti merintis mulai dari uji coba, promosi hingga berjualan. "Saya mesti mencoba kue yang berumur dua minggu!" cerita Nine saat memulai usaha. Ia melakukan itu untuk menguji daya tahan kue buatan Ditta.
Sementara Venita, pada enam bulan pertama jualan, harus melakukan semuanya sendiri. Belanja bahan, masak, bungkus, mengantar pesanan. Catatan: Ia melakukan itu dengan oven hanya sebesar kertas A4! Dewi pun pernah menghadapi tantangan serupa. Apartemennya hanya muat untuk satu oven, tapi pelanggan semakin banyak.
Kata orang, bisnis kuliner hanya akan berhasil jika dikerjakan dengan cinta. Rasa cinta itulah yang membuat para wanita ini berhasil melampaui berbagai tantangan. Bertahun-tahun kemudian, usah mereka mulai berbuah. Toko-toko mereka hadir di berbagai mal di Jakarta, lapangan kerja tercipta. Bagi yang hendak memulai bisnis kuliner, Anda mungkin bisa belajar dari pengalaman mereka. Soal modal, misalnya. Bisnis kue tak melulu membutuhkan modal selangit. Venita memulai dengan modal Rp20 juta. Uang itu dimanfaatkannya untuk membeli peralatan yang krusial. "Kalau memang kapasitas sudah tidak memadai, baru mempertimbangkan untuk menambah," begitu tip dari Venita. Ditta dan Nine memang punya oven seharga Rp70 juta, tetapi itu adalah hasil dari lima tahun berbisnis. Sebelum itu, mereka menggunakan oven milik ibu yang tidak terpakai.
Terkait promosi, Dewi mengatakan bahwa bisnis kue sangat mengdalkan dari mulut ke mulut. Artinya, peran pelanggan sangat besar. Sekali kecewa, pelanggan dengan mudah pindah ke lain hati. "Saya menjaga kualitas dengan terjun langsung ke dapur. Jika ada yang tak sempurna, lebih baik tidak dijual," kata Dewi.
Langkah terakhir adalah mempertahankan pelanggan. Ditta dan Nine membuka akses komunikasi sebesar-besarnya kepada konsumen. Mereka bisa menyampaikan keluhan atau menanyakan informasi lewat beragam media, seperti WhatsApp, telepon, maupun e-mail. Sementara bagi Dewi, pelanggan adalah penasihat bisnis. Ia tak segan mengirim sampel kepada pelanggan, hanya untuk mendengarkan komentar mereka sebelum meluncurkan produk baru.
Kata orang, bisnis kuliner hanya akan berhasil jika dikerjakan dengan cinta. Jika cinta sudah di hati, kini waktunya Anda mengayunkan langkah pertama ...
Alasan mereka terjun ke dunia kue berbeda-beda. Nine dan Ditta, misalnya, karena memang doyan makan. Ketika mencicipi kue yang tidak enak, rasanya 'gatal' bukan main."Bahan, kan, nggak bisa bohong. Kami tertantang untuk bikin yang lebih enak." Hasilnya, toko kue Postre Cakery pun berdiri.
Venita punya alasan tersendiri. Sejak 2011, ia jadi rajin eksperimen di dapur karena rindu dengan kue bikinan almarhumah ibu. Ia sudah coba beli di toko, tapi tidak pernah ada yang bisamenggantikan sentuhan ibu. Dewi, di sisi lain, mengaku mulai gemar memasak sejak menikah. Ia ingin memasak sendiri makanan keluarganya. Kini, Venita dan Dewi adalah perempuan di balik kesuksesan Minilovebites dan Dulce De Lece.
Tetapi kesuksesan tidak datang begitu saja. Layaknya bisnis lain, mereka musti merintis mulai dari uji coba, promosi hingga berjualan. "Saya mesti mencoba kue yang berumur dua minggu!" cerita Nine saat memulai usaha. Ia melakukan itu untuk menguji daya tahan kue buatan Ditta.
Sementara Venita, pada enam bulan pertama jualan, harus melakukan semuanya sendiri. Belanja bahan, masak, bungkus, mengantar pesanan. Catatan: Ia melakukan itu dengan oven hanya sebesar kertas A4! Dewi pun pernah menghadapi tantangan serupa. Apartemennya hanya muat untuk satu oven, tapi pelanggan semakin banyak.
Kata orang, bisnis kuliner hanya akan berhasil jika dikerjakan dengan cinta. Rasa cinta itulah yang membuat para wanita ini berhasil melampaui berbagai tantangan. Bertahun-tahun kemudian, usah mereka mulai berbuah. Toko-toko mereka hadir di berbagai mal di Jakarta, lapangan kerja tercipta. Bagi yang hendak memulai bisnis kuliner, Anda mungkin bisa belajar dari pengalaman mereka. Soal modal, misalnya. Bisnis kue tak melulu membutuhkan modal selangit. Venita memulai dengan modal Rp20 juta. Uang itu dimanfaatkannya untuk membeli peralatan yang krusial. "Kalau memang kapasitas sudah tidak memadai, baru mempertimbangkan untuk menambah," begitu tip dari Venita. Ditta dan Nine memang punya oven seharga Rp70 juta, tetapi itu adalah hasil dari lima tahun berbisnis. Sebelum itu, mereka menggunakan oven milik ibu yang tidak terpakai.
Terkait promosi, Dewi mengatakan bahwa bisnis kue sangat mengdalkan dari mulut ke mulut. Artinya, peran pelanggan sangat besar. Sekali kecewa, pelanggan dengan mudah pindah ke lain hati. "Saya menjaga kualitas dengan terjun langsung ke dapur. Jika ada yang tak sempurna, lebih baik tidak dijual," kata Dewi.
Langkah terakhir adalah mempertahankan pelanggan. Ditta dan Nine membuka akses komunikasi sebesar-besarnya kepada konsumen. Mereka bisa menyampaikan keluhan atau menanyakan informasi lewat beragam media, seperti WhatsApp, telepon, maupun e-mail. Sementara bagi Dewi, pelanggan adalah penasihat bisnis. Ia tak segan mengirim sampel kepada pelanggan, hanya untuk mendengarkan komentar mereka sebelum meluncurkan produk baru.
Kata orang, bisnis kuliner hanya akan berhasil jika dikerjakan dengan cinta. Jika cinta sudah di hati, kini waktunya Anda mengayunkan langkah pertama ...