Film ini berkisah tentang laga Yana, Lilies, dan Suma menuju Olimpiade Seoul 1988. Diangkat ke layar lebar lewat akting BCL, Chelsea Islan, dan Tara Basro.
Film "3 Srikandi" menyorot soal keteguhan para atlet yang maju terus pantang mundur menjajaki kerasnya medan tempur demi kemenangan bangsa. Ada pelajaran dan penghargaan dari film yang disutradarai oleh Iman Brotoseno ini, terutama soal komitmen dan kerja tim.
"3 Srikandi" berkisah tentang upaya Nurfitriyana Saiman (Bunga Citra Lestari), Lilies Handayani (Chelsea Islan), dan Kusuma Wardhani (Tara Basro) membawa pulang medali untuk Indonesia. Mereka adalah tiga atlet panahan putri, yang akhirnya berhasil membawa pulang medali perak cabang Panahan di Olimpiade Seoul, Korea Selatan tahun 1988, sekaligus medali pertama Indonesia setelah 36 tahun mengikuti Olimpiade. Kerasnya gemblengan 'Robin Hood' Indonesia, Donald Pandiangan (Reza Rahadian), mendisiplinkan mereka menuju laga utama tersebut.
Donald Pandiangan yang biasa disapa Bang Pandi mengarantina ketiga atletnya di wisma terpencil di Sukabumi yang jauh dari nyaman. Berbagai aturan dan jadwal latihan, serta ambisi lama Bang Pandi menciptakan drama selama pelatihan khusus menuju Olimpiade ini. Yang jelas, mereka semua punya mimpi yang sama: menang pertandingan dan memberikan medali untuk Tanah Air. Latihan keras pun tak bisa ditawar agar kemampuan dan daya juang lebih kuat. Meski hujan turun deras, atau angin berembus tak tenang, mereka tetap harus menembakkan anak panah ke sasarannya dengan tepat.
Berlatih di atas tong juga bisa menjadi metafora yang menarik soal kehidupan ini; bahwa manusia harus bisa bertahan dalam keadaan yang menguji. Jadi, daripada cerewet menyalahkan atau mengeluh soal keadaan, lebih baik jalan terus. Coba saja tembakan anak panah sampai bisa mempraktikkan teknik yang tepat agar anak panah meluncur mulus ke papan sasaran.
Yana, Lilies, dan Suma tentu merupakan tiga wanita dengan latar belakang dan karakter yang berbeda. Yana, selain seorang atlet, mahasiswi tingkat akhir yang kegiatan memanahnya ditentang sang ayah. Hubungan keduanya jelas tak hangat sama sekali, sampai Yana pergi ke Pelatnas tanpa pamit. Lalu ada Lilies yang merupakan putri pasangan atlet. Meski didukung orangtua menekuni Panahan, mereka tak merestui hubungannya dengan Denny Trisyanto (Mario Irwinsyah) yang atlet Silat. Sementara Suma dari Ujungpandang (sekarang Makassar) jadi tumpuan keluarga jika bekerja sebagai PNS
Mereka bertiga punya drama kehidupannya masing-masing, dan Pandi juga punya pengalaman pahit yang berakar bagai dendam di hatinya. Meski begitu, ia harus bisa mengesampingkan semua itu dan menjadikan panahan sebagai prioritas mereka. Kalau kata Pandi, mereka harus fokus. Dan benar saja, dengan fokus dan kerja tim yang solid, tujuan bersama bisa digapai.
Meski mengangkat kisah lama, biopik ini tak terkesan berat ditonton. Masih ada adegan-adegan humor yang memicu tawa di film ini (walau sebenarnya tak perlu), apalagi polah Lilies yang menjadi sumber keceriaan di film ini. Tak ketinggalan ada pula ruang-ruang drama yang menyorot percintaan para tokoh. Selain Lilies dan Denny, ada cerita asmara antara Suma dengan pelatih tim Panahan putra, Adang Adjidjie (Detri Warmanto).
Skenario yang sedikit kedodoran (apalagi di 20 menit pertama) bisa tertutup akting Reza, yang cemerlang dan menyedot perhatian utama di film ini. Tata kostum yang pas (tahun 1988, lengkap dengan washed denim) cukup mengangkat film ini, plus lagu-lagu yang hits pada zamannya.
Film ini ditayangkan dalam acara gala premiere-nya di CGV Blitz Grand Indonesia pada 27 Juli 2016 lalu. "3 Srikandi" akan tayang serentak di seluruh jaringan bioskop Tanah Air pada 4 Agustus 2016. Yuk, nonton!
[Baca juga pelajaran hidup dari peran BCL di 3 Srikandi]
Foto: MVP Pictures