Film produksi tahun 1956 dan menjadi box office pada zamannya ini bisa disaksikan lagi di bioskop oleh penonton generasi sekarang. Tapi, jangan bayangkan bahwa Anda akan menonton film hitam-putih yang sudah suram termakan jamur!
Setelah ditinggal mati ibu mereka, tiga gadis kakak-beradik Nunung (Chitra Dewi), Nana (Mieke Wijaya), dan Neni (Indriati Iskak) dibesarkan oleh ayah (Hassan Sanusi) dan nenek (Fifi Young) mereka. Sebagai anak sulung, Nunung tanpa disuruh mengambil tanggung jawab mengurus semua urusan rumah dan keluarga sampai ke hal remeh-temeh. Tak heran bila hidupnya lebih banyak dihabiskan di rumah, dan tahu-tahu usianya sudah 29 tahun, masih lajang, bahkan sama sekali tak pernah punya pacar. Terbiasa mengatur rumah tangga, Nunung tumbuh jadi gadis yang kaku dan cenderung judes dan galak.
Berbeda 180 derajat dengan anak kedua, Nana, yang justru sangat gaul. Karakternya yang meledak-ledak, ekstrover, dan genit membuatnya populer di kalangan pria. Salah satu yang naksir berat padanya adalah Herman (Bambang Irawan), mahasiswa hukum yang kuliahnya tak kunjung rampung.
Gadis usia 29 dan belum menikah tentu menjadi sumber kesusahan sang nenek. Maka sibuklah ia mencarikan calon yang tepat untuk Nunung, cucu sulungnya. Namun tak ada satu pun pria yang berkenan di hati Nunung. Hati Nunung mulai tergetar saat ia bertemu dengan Toto (Rendra Karno), yang secara tak sengaja telah menabraknya di jalan. Namun, Nunung berusaha tahan harga dengan pura-pura tak mengharapkan kedatangan-kedatangan Toto yang rajin membawakannya bunga.
Tak disangka, ternyata Nana juga jatuh cinta pada Toto. Namun, tak seperti Nunung yang suka jual mahal, Nana justru mengejar Toto secara agresif, sampai akhirnya ia berhasil membuat Toto setuju bertunangan
.