Ia terlahir prematur, asma dan sakit-sakitan. Kini, ia adalah wanita Indonesia pertama yang lolos kualifikasi World Championship Ironman.
BYURRR! PELATIH ITU melepas genggaman dan membiarkannya tercebur. Si gadis, yang kala itu berusia empat tahun, megap-megap. Keciplak-kecipluk. Namun sang pelatih seperti ingin si gadis mendapat ide bagaimana cara kembali ke permukaan. Atau setidaknya, berusaha. Gadis itu adalah Inge Prasetyo, dan itu adalah kali pertama ia berenang.
Waktu itu di Grogol, Jakarta Barat, dan tentu saja, Inge tidak tahu bahwa kelak renang akan menjadi bagian besar dalam hidupnya. Saat itu, ia di sana semata demi kesehatan.
Inge terlahir prematur, dengan tubuh kecil dan kemudian sakit-sakitan. Semasa pertumbuhan, bukan satu-dua kali saja asmanya kambuh. “Sepertinya, dokter sudah mau menyerah, deh,” Kenang Inge setengah bercanda.
Waktu itu dokter menyarankan agar dirinya dibawa ke kolam renang. Maka jadilah sang ibu bikin janji dengan pelatih renang, dan jadilah hari itu Inge megap-megap, berkeciplak-kecipluk.
[Baca tentang 6 cara tidak malas berolahraga di sini]
KETIKA KAMI BERTEMU di Stadion Madya, Senayan, pada Oktober lalu, Inge sudah jauh berbeda. Di usia yang ke-36, kini ia adalah wanita Indonesia pertama yang mampu lolos kualifikasi untuk ajang triathlon World Championship Ironman di Kona, Hawai. Acara itu bakal berlangsung Oktober 2017.
Triathlon adalah satu kontes olahraga yang ekstrim bagi awam. Ia terdiri dari tiga cabang olahraga, yaitu renang, bersepeda, dan lari. Pada triathlon umumnya, atau yang disebut “standar Olympic” atau “international distance”, seorang atlet mesti berenang sejauh 1,5 km, bersepeda sejauh 40 km, dan berlari sepanjang 10 km. Tetapi Ironman bukan ajang triathlon biasa.
Pada ajang Ironman di Kona nanti, peserta mesti berenang di perairan bebas Kailua-Kona Bay sejauh 3,86 km, bersepeda melintasi gurun lava sejauh 180 km, dan berlari marathon (42 km) di sepanjang pesisir pantai Big Island.
Di luar itu, mereka yang ikut ajang World Championship Ironman adalah atlet terpilih, yang telah lolos kualifikasi. Singkatnya, ini adalah ajang paling ekstrem dari yang ekstrem. Ini ajang para endurance athletes terbaik. Orang biasa mungkin tidak selamat.
Pada sore hari di Senayan itu Inge datang dengan road bike-nya, lengkap dengan sepatu dan seragam, seperti hendak bertanding. Saat itu, kesan ‘rapuh’ semasa kecilnya sama sekali tak nampak. Hilang tak berbekas. Saya bertemu seorang atlet sungguhan, pikir saya.
Inge memiliki postur yang tegap, langsing (mungkin zero body fat), toned muscles, dan raut wajah yang segar. Saya lantas ingat dengan penelitian yang bilang bahwa berolahraga bisa bikin seseorang lebih bahagia. Entahlah. “Saya baru mengundurkan diri dari perusahaan tempat saya bekerja,” tuturnya. “Saya ingin pulang dulu.”