Di buku puisi kedua ini, Gratiagusti Chananya Rompas terang-terangan bicara tentang perjalanan hidupnya dengan gangguan bipolar.
Sampulnya berwarna putih dengan ilustrasi gambar berwarna hitam. Dari jauh kita akan merasakan emosi yang tidak spesifik dari ilustrasi yang dibuat oleh Adiputra Singgih itu. Kegelapan dalam latar yang terang benderang.
Penyair Joko Pinurbo mengatakan dalam review-nya di belakang buku bahwa judul buku puisi ini non-puitis. "Saya tergoda dan "terluka" oleh judul buku puisi ini. Judul yang non-puitis ini sepadan dengan perangai sajak-sajak Anya yang merongrong ketenangan dan ketenteraman jiwa," ungkap Joko Pinurbo.
Non-Spesifik adalah buku puisi kedua Gratiagusti Chananya Rompas, 38. Wanita yang akrab disapa Anya ini memilih judul Non-Spesifik yang diambil dari diagnosis psikiater pertamanya.
"Puisi-puisi dalam buku ini saya tulis dari tahun 1997 sampai 2016. Temanya tentang pencarian saya tentang diri saya sendiri dan kebingungan-kebingungan yang ada di kepala saya. Saya melihat, kok semua orang bisa gembira sedangkan saya bisa berubah-ubah perasaannya dengan cepat, tidak tahu apa alasannya.
"Sampai tahun 2015 tubuh saya tidak kuat lagi. Dalam sebulan saya dua kali dilarikan ke UGD. Akhirnya saya tahu setelah didiagnosa bipolar non-spesifik oleh psikiater yang menangani saya waktu itu," ungkap Anya dalam peluncuran bukunya di Jakarta, 26 Juli 2017.
Dokter Endah Ronawulan, Sp. KJ yang hadir dalam peluncuran buku ini mengatakan, gangguan bipolar terdiri atas tipe satu dan tipe dua. Dan non-spesifik tidak termasuk kedua-duanya. "Bipolar itu dua kutub, manik dan depresif. Tipe satu biasanya maniknya lebih domininan, tipe dua depresinya yang lebih banyak.
"Non-spesifik tidak diantaranya. Tergantungnya stimulusnya. Bisa dua-duanya kuat itu jarang sekali terjadi. Anya ini non-spesifik, tergantung triggernya," jelas dokter Endah, yang kini menjadi psikiater Anya.
Selain psikiater, Anya berkonsultasi dengan psikolog. Adalah psikolog Widiawati Bayu, yang berhasil mengeluarkan semua yang selama ini disimpan sendiri oleh Anya. "Anya menyimpan banyak sekali perasaan, seorang diri. Saya bisa membawa Anya keluar dari lingkaran depresi dan masuk ke dalam pikiran Anya secara mendalam melalui beberapa pertanyaan.
"Mengikuti perjalanan dia, terutama perjalanan dari TK sampai SMA. Saya melihat banyak sekali yang tidak Anya ceritakan kepada siapa pun. Dia terlalu banyak menyimpan. Jarang sekali orang bisa tahu siapa sebenarnya Anya. Ketika semua cerita sudah terkumpul, saya memberikan feedback, dan membawa dia memahami diri sendiri, memahami jati dirinya.
"Yang penting, bagaimana dia bisa beluar dari suasana itu dan bisa berkarya. Saya sungguh terharu melihat Anya sekarang karena saya betul-betul mengikuti perjalanan dia," ujar psikolog yang akrab disapa Tante Widi oleh Anya ini.
Mungkin ini kali pertama peluncuran buku puisi menghadirkan psikolog dan psikiater. Namun tak hanya itu, peluncuran buku ini juga menghadirkan Vindi Ariella, pendiri Bipolar Care Indonesia yang didiagnosis bipolar sejak tahun 2009.
"Sebagai penyintas bipolar, kita memang harus tahu hobi atau minat kita. Hobi itu bisa menjadi terapi. Setelah menjadi buku seperti saat ini, membaca puisi-puisi kak Anya bisa membuat Kak Anya flashback bagaimana perjuangan selama ini dengan bipolar," kata Vindi. Berbeda dari Anya yang memilih puisi, Vindi memilih art therapy. Ia melukis dan menghasilkan merchandise dari lukisan-lukisannya.
"Kita tidak perlu memaksakan mereka berkarya. Yang terpenting adalah melakukan apa yang mereka suka. Banyak pasien saya yang menulis novel, menyanyi dan merekam suaranya. Yang pertama lakukan semua hal yang menyenangkan dulu, lalu tingkatkan dengan produktivitas," tambah dokter Endah.
Anya adalah penyintas bipolar yang aktif dan produktif. Sebelum menerbitkan buku ini, Anya telah menerbitkan buku puisi berjudul Kota Ini Kembang Api tahun 2008 dan diterbitkan ulang oleh Gramedia Pustaka Utama tahun 2016.
Anya adalah salah satu pendiri Komunitas Bunga Matahari (BuMa), sebuah komunitas puisi daring berbahasa Indonesia. Ia menyelesaikan studi Sastra Inggris di Universitas Indonesia (2003) dan mengambil program pascasarjana The Ghotic Imagination di University of Stirling, Skotlandia (2005). Sejumlah puisinya pernah diterbitkan di beberapa antologi, koran, dan majalah.
Eka Kurniawan, penulis yang karyanya sudah diterjemahkan ke puluhan bahasa dan sukses baik di Eropa dan Amerika, juga ikut memberi review untuk buku ini.
"Dalam puisi-puisi Anya, demikian penyair ini sering saya panggil, kita melihat aku tak hanya menjelma ruang-ruang yang personal, tapi juga menjelma dia yang berkunjung ke sana untuk mengobrak-abrik ruang pribadi. Anarkismenya bahkan muncul di permukaan, dari komposisi hingga tanda baca."
Berikut tiga puisi pilihan saya yang menurut saya membuktikan kata-kata Eka Kurniawan dan Joko Pinurbo:
Mencegah Penderita Bipolar Bunuh Diri
Lebih dari 50% penderita bipolar pernah melakukan percobaan bunuh diri. Bagaimana menekan angka ini? ... more
Inilah Tiga Jawara Manuskrip Buku Puisi DKJ 2015
Setelah menjadi pemenang, buku-buku mereka pun diterbitkan tahun ini. ... more
Penderita Bipolar Berpotensi Tidak Setia
Peningkatan libido pada penderita bipolar pada fase manik dapat berpotensi perselingkuhan. ... more