Mengonsumsi makanan sarat lemak, tidak berolahraga, dan merokok sering dituding sebagai penyebab kegemukan dan tingginya kadar lemak darah (kolesterol jahat). Tapi beberapa riset memperlihatkan adanya faktor lain pemicu tingginya kadar lemak dalam darah. Kenyataannya, penderita kolesterol bukan hanya pemilik berat badan berlebih, malah di antaranya bertubuh langsing dan tidak mengonsumsi makanan berlemak.
Ada yang mengatakan bahwa cara seseorang mengatasi stres bisa memicu kenaikan kolesterol. Misalnya dengan menyendiri dan menyalahkan diri sendiri, akan menurunkan kadar HDL atau kolesterol baik. Bagaimana stres memicu meningkatnya kadar lemak darah masih dalam penelitian.
Ada riset lain menyebutkan, stres dapat meningkatkan kolesterol, terutama kolesterol jahat atau LDL. Memelihara kemarahan dan dendam akan meningkatkan kadar kolesterol jahat dalam darah, terutama trigliserida. Penjelasannya, semakin tinggi stres, tubuh membentuk lebih banyak energy dalam bentuk cairan metabolis, yang mengakibatkan hati mengeluarkan banyak kolesterol jahat. Stres juga mengganggu kemampuan tubuh dalam membersihkan lipid (kumpulan zat organik yang tidak larut dalam air).
Riset lain lagi mencoba menjelaskan kaitan antara stres dan kolesterol tinggi. Hormon yang diperlukan untuk menghadapi situasi fight or flight saat seseorang menghadapi stres akan terakumulasi sebagai jaringan lemak. Gula yang diproduksi saat stres akan terus menumpuk dan tidak digunakan, lalu diubah menjadi trigliserida atau asam lemak lainnya.
Penelitian terakhir yang dipublikasikan awal 2016 menjelaskan secara detail kaitan antara stres dengan peningkatan kadar lemak darah. Tetap tenang dan kepala dingin merupakan cara untuk mengelola stres.
Ketika kita berada di bawah tekanan, tubuh kita mempersiapkan diri untuk melindungi kita dengan memroduksi hormon cortisol dan adrenalin yang diperlukan untuk membuat respons fight or flight. Bersamaan dengan lepasnya hormon itu, dikirimlah sinyal yang meningkatkan aliran darah ke otak dan menghasilkan lebih banyak energi ke dalam tubuh.
Ketika cortisol dan adrenalin dilepas, kedua hormon ini meningkatkan lemak darah, terutama pelepasan cortisol yang akan meningkatkan kadar gula dalam darah yang seharusnya digunakan oleh tubuh sebagai sumber energi. Tetapi karena tidak digunakan, gula darah akan menjadi bahan pembuatan trigliserida.
Tingginya produksi trigliserida dapat meningkatkan kadar lemak dalam darah. Itu sebabnya sering kali olahraga disebut-sebut sebagai cara aman untuk mengurangi stres. Ketika produksi glukosa meningkat akibat stres, glukosa ini dapat menjadi sumber tenaga untuk melakukan olahraga.
Hidup tanpa stres tentu mustahil. Olahraga minimal 45 menit sehari untuk mendapatkan detak jantung 120 akan mengurangi kecemasan dan stres. melakukan meditasi selama 15-20 menit sehari juga dapat membantu mengurangi stres. Olahraga dan meditasi akan meningkatkan kualitas tidur, yang juga penting untuk daya tahan tubuh. Satu lagi, hindari lingkungan yang membuat Anda tidak happy.