Seseorang yang perfeksionis selalu mengejar kesempurnaan, baik di kantor maupun di rumah.
Bagi dia, kesempurnaan itu akan selalu berbuah kesuksesan, termasuk hubungannya dengan orang lain.
Di satu sisi, sifat ini diperlukan agar kita bisa memberikan hasil terbaik. Tapi di sisi lain, setiap individu memerlukan waktu yang berbeda-beda dalam memberikan hasil yang sempurna. Dan yang berbahaya adalah ketika keinginan untuk kesempurnaan itu semakin tinggi dan tidak bisa dikendalikan sehingga berubah menjadi obsesi.
Karena sifat perfeksionis itu berakar dari pola pikir, untuk mengatasinya atau mengatur kadar perfeksionis Anda, ubah pola pikir Anda dengan pola pikir baru yang lebih realistis. Hal ini bisa Anda terapkan di kantor maupun di rumah.
DI KANTOR
Pola pikir lama: Tidak pernah berbuat kesalahan (sekecil apa pun).
Di dalam tim kerja, sifat perfeksionis ini bisa mengganggu mood orang lain. Jika Anda seorang bos perfeksionis, biasanya Anda sulit menerima kesalahan bawahan dan cenderung menuntut mereka bekerja mengikuti standar Anda. Akhirnya bukannya malah berprestasi, sebaliknya mereka kehilangan motivasi bekerja dan target kerja pun tidak tercapai.
Pola pikir baru:
1. Kesalahan itu manusiawi
Kesalahan bukanlah dosa tak terampuni. Justru nantinya kesalahan itu bisa menjadi pelajaran berharga untuk mengembangkan diri lebih baik. Jadi, belajarlah memaafkan kesalahan diri sendiri dan orang lain.
2. Lakukan yang terbaik, bukan sempurna
Terkadang tanpa disadari Anda terlalu 'keras' menuntut diri sendiri untuk menjadi yang terbaik. Padahal kalau saja kita mau menengok ke
tetangga sebelah, mungkin apa yang Anda lakukan sudah melebihi standar normal. Untuk itu, lakukan segala sesuatunya semampu Anda dengan
sepenuh hati. Dengan begitu Anda bisa lebih menikmati proses, bukan hasilnya.
DI RUMAH
Pola pikir lama: Rumah indah itu super rapi dan teratur.
Dalam pikiran Anda, kerapian rumah merupakan indikator sukses seorang ibu. Anda akan sangat terganggu jika di salah satu sudut ruang masih ada barang yang berantakan. Yang lebih parah, Anda bisa uring-uringan hanya melihat posisi lukisan yang miring atau ada pajangan bergeser. Yang ada Anda capek sendiri, deh....
Pola pikir baru:
1. Biarkan 'piring kotor tetap kotor'
Melihat rumah tertata rapi memang suatu 'prestasi' membanggakan. Namun kalau ada salah satu sudut yang berantakan, atau kamar anak Anda
seperti kapal pecah, jangan langsung menyalahkan diri sendiri. Kar atau memarahi anak Anda. Sebenarnya hal ini hanyalah ilusi (cognitive
distortion). Cobalah belajar melihat kondisi apa adanya dan jangan memaksakan diri untuk selalu merapikan rumah setiap saat.
2. Dahulukan 'yang bernyawa' (daripada mengurus barang).
Karena ingin rumah tampak rapi, Anda jadi lebih asyik menata perabot rumah daripada mengobrol dengan suami dan anak-anak. Utamakan
quality time bersama keluarga karena bagaimanapun mereka lebih penting ketimbang kerapian ruang tamu Anda.