
AKHIRNYA NURUL MENGAMBIL KEPUTUSAN ITU. Ia mengeluarkan Sidqi dari SD Al-Bait karena situasi sudah demikian tak sehat. Apalagi, ia menilai para guru di sana juga tidak terlalu peduli pada anaknya.
“Ketika kami mengatakan bahwa Sidqi akan keluar, respons guru adalah ‘oh, ya, tidak apa-apa.’” Nurul terkejut mendengarnya. Dalam hati ia bilang, mbok, ya, ada basa-basi nya… Tapi dengan sikap cuek itu, maka terbaca sudah. Sekolah itu tak bisa diharapkan.
Sidqi sempat tidak sekolah selama sembilan bulan sebelum akhirnya mendaftar di SD negeri di dekat rumah. Dalam periode itu, Nurul fokus untuk ‘mengembalikan’ Sidqi yang dulu, Sidqi yang sesungguhnya. Setiap hari Nurul berdoa dan banyak berbincang dengan Sidqi. Topik obrolan bisa apa saja, seperti cara menjadi anak yang baik, atau cara disukai banyak teman. “sesi pillow talk ini kami lakukan usai sholat subuh,” jelas Nurul, “Ketika emosi masih ‘nol’, energi siap di-charge dengan hal-hal baik. Saya memberi contoh kebaikan dari film atau kisah-kisah para Nabi.”
Perlahan, perangai Sidqi kembali berubah. Ia kini periang, sopan, dan tidak mudah tantrum, seperti Sidqi yang dulu. “Terus terang, tak semudah itu juga. Sampai saat ini saya masih rutin memberikan suntikan energi positif,” jelas Nurul. Bagaimanapun, perubahan itu telah membawa kedamaian dalam jiwanya.
Belakangan, Nurul mengikuti kompetisi parenting yang diselenggarkan oleh salah satu perusahaan susu, dan meraih predikat Juara 2. Satu pencapaian yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.
Kemenangan itu kian manis ketika, pasca kompetisi, Nurul pulang ke Surabaya. Di rumah, Sidqi menyambut dengan paras tersapu rindu. “Ibu, aku kangen Ibu,” katanya. “Jangan pergi lagi, ya…”
Ragam bullying
- Verbal: Celaan, fitnah, name calling, penggunaan kata kalimat yang bertujuan menyakiti.
- Fisik: Melibatkan segala bentuk kekerasan fisik (memukul, menendang, meludah, dan sebagainya).
- Relasional: Pengabaian, pengucilan, pencibiran, dengan tujuan untuk mengucilkan seseorang dari komunitas.
- Siber: Perilaku bullying dengan menggunakan medium eletronik, seperti video intimidasi, pencemaran nama baik, dan sebagainya.
- Ada luka fisik yang tidak biasa dan tak bisa dijelaskan.
- Ada pakaian atau barangnya yang rusak secara tidak wajar.
- Takut ke sekolah, takut berjalan di lingkungan sekolah, takut naik antar jemput tertentu.
- Perubahan perilaku sosial; teman menjadi sedikit, tidak ingin keluar rumah, dll.
- Indikasi emosional; sering sedih, tidak bahagia, kesepian, stress, tertekan, menarik diri dari lingkungan.
- Perilaku mengkhawatirkan; mudah teriritasi, emosional, sulit makan dan tidur, mimpi buruk, mengompol atau menangis selagi tidur.
- Indikasi kesehatan; sering kelelahan, kelaparan berlebihan, sering sakit, berpikir, mengancam atau mencoba menyakiti diri sendiri.
[Baca juga tentang pentingnya peran tidur terhadap pendidikan anak]