One… two… three.… Hitungan berlanjut hingga seratus. Setiap hitungan diselingi suara dayung menghujam air dan, sesekali, suara embusan napas.
Sabtu pagi di kawasan Pintu Air Banjir Kanal Timur, Marunda, Jakarta Utara, itu berawan. Sejak pukul 8.30, belasan perempuan telah turun ke air. Mengenakan kaus bertuliskan “Eat, Paddle, Love” serta menyelipkan bunga di telinga, mereka membawa perahu naga membelah sungai.
“Saya juga bingung, kenapa yang ikut justru lebih banyak perempuan,” ujar pendiri dan pelatih Jakarta Paddle Club, Wijaya Surya. Sejak didirikan pada 20 Mei 2014, tercatat hampir 70% anggota komunitas merupakan perempuan dari berbagai kalangan.
Ada Jenny Lee yang baru menyelesaikan studi di Hong Kong. Ia suka mendayung karena adrenaline rush-nya begitu terasa. Ada pula Hiliana dan Sagita, para perempuan yang memang gemar olahraga air dan luar ruangan. Di sisi lain, ada juga ekspatriat seperti Marisol. Suami Marisol bekerja di Kedutaan Besar Spanyol.
One… two… three…! Aba-aba berkumandang di tengah matahari yang mulai meninggi. Beberapa pendayung mulai kelelahan, namun berusaha tetap seirama. “Saya suka paddling karena ini membentuk tubuh juga,” jelas Sagita. Mendayung, jika dilakukan dengan benar, akan membentuk otot dengan baik. Otot-otot lengan, punggung dan core muscles terlatih sempurna. Fleksibilitas tubuh meningkat, disertai jantung yang kuat. Holistik, bisa dibilang.