
Jargon yang tak pernah basi
Apa pun jenisnya, siapa pun yang berkonflik, perang pasti memakan korban. Walau tidak pernah ada perang terbuka selama Perang Dingin, dunia yang merana. Ketegangan tinggi yang pada akhirnya memicu konflik militer regional pun tak bisa dihindari. Negara lain pun mau tak mau harus berpihak. Kendati ada Gerakan Non-Blok yang berkomitmen untuk tidak memihak, kebijakan semua negara pasti terpengaruh.
Situasi yang sama bisa terjadi akibat friksi antara menantu dan mertua. Memang tidak akan memengaruhi negara-negara di dunia tapi lingkungan pihak terkait, seperti suami dan anak. Dipaksa memilih Anda—istrinya—atau ibunya sama saja memosisikan suami di tempat yang serba salah dan sangat tidak nyaman.
Padahal ia tidak perlu memilih. Anak-anak pun dapat merasakan ketidaknyamanan Anda berdua. Dan tentunya membingungkan untuk mereka. Tentu saja tidak semua hubungan mertua dan menantu perempuannya berkonflik. Banyak juga yang bercerita tentang kekompakan mereka dan ibu mertua.
“Saya dan ibu mertua kompak banget,” kata Ratih. Ia juga tidak cemburu akan kedekatan suami dan ibunya. Suami yang dekat dengan ibunya akan lebih menghargai istrinya, Ratih mengungkapkan.
Selly Asril juga punya pengalaman yang sama. Menikah selama 10 tahun dan belum dikarunia anak, banyak menantu mungkin sudah ‘kenyang’ disindir mertua. Tapi tidak dengan mertua Selly. “Ibu mertua saya santai saja. Malah saya yang berpikir, jangan-jangan saya yang kebablasan jadi menantu,” ujarnya tertawa.
Memang tak semua orang bisa menjalin hubungan yang harmonis dengan mertua mereka. Tapi tak ada kata terlambat. Walau Anda sudah menikah lama, masih ada kemungkinan untuk menjadikan hubungan dengan mertua lebih mesra.
Foto: 123RF
[Baca juga berkarier kedua berkat kebun mertua]