Saat bekerja di Zalora Indonesia, Seira harus melakukan quality control (QC) terhadap 3.000-5.000 foto produk dalam sehari. Sebagai e-commerce yang menjangkau Asia Tenggara, Zalora perlu memilih foto-foto produk yang sesuai standar. “Rejection rate Indonesia paling besar dibanding negara lain. Kalaupun dipaksakan masuk, trafik e-commerce-nya akan turun,” cerita Seira.
Hal itu yang memotivasi Seira mendirikan Pijar Imaji Indonesia. Visinya adalah membantu brand lokal yang ingin go online agar dapat memenuhi standar visual yang bisa mendatangkan pengunjung. Pengalamannya bekerja di beberapa perusahaan e-commerce besar di Indonesia membuat Seira ingin membantu para pebisnis, terutama Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Seira sering kali menemukan UKM yang hanya memiliki 5-10 produk untuk dijual secara online sebagai percobaan, dan menampilkan foto pas-pasan karena keterbatasan sarana. “Bagaimana kita mau bersaing dengan produk internasional kalau sesuatu yang paling penting seperti ini terlewat?”
Menurut Seira, berjualan secara online memang tidak tergantung fotonya bagus atau tidak. “Pernah ada yang jualan sepatu, membuat foto yang bagus sekali, tapi saking bagusnya sepatunya tidak kelihatan.” Yang dimaksud Seira adalah foto-foto arsty yang justru tidak menonjolkan spesifikasi produk yang dijual.
Itu sebabnya, saat pertama kali mendirikan Pijar Imaji Agustus 2016, yang dilakukan Seira adalah mengedukasi calon-calon klien. “Bagaimana caranya agar menampilkan visual yang bagus tapi tepercaya. Foto tidak boleh menipu. Kita membantu pembeli mengimajinasikan produk yang dijual.”
Ia juga memastikan foto produk fokus pada produk yang dijual dan tidak terdistraksi properti lain. Lalu saat editing, ia juga memastikan warna produk tidak berubah karena pengaruh lighting. Itu sebabnya, ia juga kadang mesti menjelaskan kepada klien pengaruh lighting dan background yang digunakan saat pemotretan terhadap warna produk di hasil akhir foto.
“Klien harus mengisi formulir sejelas mungkin tentang dimensi produk, warna, bahan. Dari job brief itu tim akan mempersiapkan segala yang diperlukan untuk pemotretan. Kalau ada yang kurang jelas, tim kami akan menghubungi klien.”
Kini Pijar Imaji telah dipercaya mengurus visual produk dari 200-an brand. Pijar Imaji bisa memotret sekitar 150-200 SKU (stock keeping unit) per hari. SKU adalah kode untuk setiap barang yang difoto. Ada sistem untuk menjadwalkan pemotretan. Klien cukup memasukkan daftar produk seminggu sebelumnya.
Seiring perkembangannya, Pijar Imaji tak hanya melayani foto, tetapi juga product description. “Kami ingin menjadi one-stop solution, visual content provider untuk toko online. Jasa kami melingkupi e-catalog, social media, dan kini merambah video juga.”
Ada paket-paket yang bisa dipilih klien sesuai kebutuhan. “Ada juga brand yang mau bayar paket terlengkap dan mahal, padahal sebetulnya tidak perlu semahal itu. Saya bukannya menolak rezeki, tapi saya jelaskan bahwa jangan sampai mereka membuang-buang uang untuk hal yang tidak perlu.”
Kini ia telah memiliki 18 karyawan dari semula hanya tiga orang. Semuanya anak-anak muda dari industri kreatif yang ia biasakan bekerja multitasking. Mereka terbiasa bekerja cepat sesuai jadwal, karena itulah yang menjadi keunggulan Pijar Imaji: Cepat dan murah.
“Saya katakan kepada mereka, kalau ingin cari uang banyak, Pijar Imaji bukan tempatnya. Tapi kalau mau belajar banyak, silakan bergabung,” Seira menutup perbincangan.
Foto: Denny Herliyanso
Pengarah gaya: Nanda Djohan