Sejak 2013 lalu, Saraswati Djumaryo membuka Ganara Art Studio dan Ganara Art Space. Di tahun berikutnya, ia bersama suami, Ranald Indra, mendirikan gerakan Mari Berbagi Seni.
“Yah, aku nggak jadi bikin bunga warna ungu, deh,” celoteh seorang anak. Saraswati Djumaryo, yang akrab dipanggil Tita, selalu ingat hari itu. Seorang anak jalanan ingin menggambar bunga berwarna ungu. Kebetulan Tita dan tim Mari Berbagi Seni hanya membawa cat warna primer. Padahal jika si anak tahu, ia tak akan menyerah secepat itu. Di hadapannya tergeletak cat merah dan biru yang bisa dicampur menjadi warna ungu.
Membantu dengan seni
Bagi Tita, pelajaran seni itu sangat penting bagi tiap anak. Dengan mengolah karya seni, kemampuan menyelesaikan masalah pun terasah. Untuk itu di tahun 2014, Tita mendirikan Mari Berbagi Seni bersama suaminya, Ranald Indra. Mari Berbagi Seni adalah sebuah gerakan yang ingin mengasah kreativitas anak Indonesia lewat berkesenian. Setidaknya anakanak dengan kehidupan sulit itu bisa sejenak melupakan kesedihan mereka dengan kegiatan positif.
Sedari awal memang Tita sudah terjun di dunia seni. Ia lulus kuliah di Jurusan Seni Lukis Fakultas Seni Rupa ITB di tahun 2002. Kemudian, ia mengajar sebagai guru lukis di PAUD dan SD selama lima tahun. Berhenti mengajar, ia membuka Ganara Art Studio dan Ganara Art Space pada tahun 2013. Sekolah seni yang didirikannya ini mewadahi murid-murid dari usia balita hingga lansia.
Biaya mengikuti satu kali kelas di Ganara Art Studio dimulai dari Rp100.000. Tak semua anak mampu membayar seperti murid-murid di Ganara. Tita ingin agar anakanak kurang mampu juga bisa belajar. Selain itu, Mari Berbagi Seni mengajari anakanak penderita sakit. Bersama tim Ganara, Tita meramu kegiatan yang ringan untuk anak pasien kanker dan cerebral palsy, seperti mencap di kain dengan pewarna alami.