
“Pantas kamu kena asam urat, makananmu bersantan gitu, sih. Awas, kolesterol, tuh….”
Ini obrolan di saat makan siang, ketika menu salah satu dari kami sangat bersantan. Sementara teman yang lain bangga bahwa dirinya sudah tidak makan makanan bersantan sejak lima tahun lalu.
Santan adalah sari buah kelapa berwarna putih susu yang didapat dari memarut dan memeras daging buah kelapa tua. Bisa dicampur air, bisa juga tidak.
Sebagian besar makanan dan kue tradisional Indonesia melibatkan cairan putih ini.
Di Sumatra ada rendang, gulai, kari, dan lamang. Di Pulau Jawa, santan dipakai untuk membuat sayur lodeh, sangu liwet atau nasi liwet, sayur lompong, soto Betawi, gudeg, nasi kuning, opor, sambal goreng, dan mangut. Di Sulawesi ada nasi jaha—ketan yang dimasak dengan santan.
Belum lagi jajanan pasar seperti lepet, kue lapis, wajik, serabi dengan kuah santan dan gula merah, serabi Solo, dan kue lumpur. Jangan lupa ada bubur ketan hitam, bubur kacang hijau, kolak, sampai es cendol. Semuanya enak!
Melacak sejarah santan di Indonesia tidak mudah. Sejarah santan dikaitkan dengan asal mula gudeg, yaitu pada zaman pembangunan kerajaan Mataram Islam di abad ke-16. Itu sebabnya gudeg menjadi makanan khas di wilayah Yogyakarta dan Klaten.
Tak hanya di Indonesia, negara-negara penghasil kelapa seperti India, Samoa, Thailand, Malaysia, Filipina dan Brasil juga menggunakan santan pada makanan mereka.
‘Kejahatan’ santan sudah terkenal di seantero negeri ini. Tingginya asam urat dan lemak dalam darah dikaitkan dengan konsumsi makanan bersantan secara berlebihan.
Padahal, belum ada riset yang menyebut santan sebagai biang asam urat, karena santan memang tidak mengandung purin, pemicu tingginya asam urat. Kandungan purin yang tinggi justru terdapat pada beberapa jenis sayuran hijau.
Santan merupakan lemak jenuh nabati, dengan komponen terbanyak selain air, 98%-nya adalah lemak jenuh yang terdiri atas asam lemak rantai sedang yang aman bagi kesehatan. Asam lemak rantai sedang memiliki manfaat antara lain anti radang, yaitu untuk mencegah radang termasuk gout. Adanya lemak esensial pada santan justru membantu penyembuhan radang sendi.
Dalam setiap santan kental terkandung 154 kalori, 1,4 gram protein, 15 gram lemak, dan 3,4 gram karbohidrat.
Asam laurat berantai sedang pada santan mirip dengan yang terdapat pada air susu ibu (ASI). Di dalam tubuh, asam ini akan diubah menjadi monolaurin yang berfungsi sebagai antivirus, antibakteri, dan anti protozoa. Monolaurin ini juga diketahui dapat merusak virus penyebab penyakit HIV, herpes, dan influenza.
Daging buah kelapa mengandung vitamin C, B1, B3, B5, dan B6, juga mineral kalsium, fosfor, besi, selenium, magnesium, dan sodium. Santan tidak mengandung laktosa. Dengan komposisi lemak, karbohidrat, putih telur dan mineral, santan mempunyai nilai nutrisi yang hampir sama dengan susu sapi.
Karena lemak santan adalah lemak nabati, santan tidak mengandung kolesterol (kole = binatang, sterol = lemak).