Dari wisata modern hingga petualangan klasik ala Timur Tengah, Dubai menawarkan semuanya.
Awal tahun adalah waktu yang nyaman untuk berwisata ke Dubai dan sekitarnya. Di bulan-bulan ini, suhu Dubai tak lagi terik menyerang seperti sepanjang Juli-September, namun juga tak terlalu dingin, antara 16-29 derajat Celcius.
Beberapa waktu lalu, saya dan rekan media lainnya diundang oleh Dubai Tourism Board untuk menikmati wisata seru di Dubai, dengan destinasi-destinasi yang cocok banget untuk liburan keluarga. Salah satunya adalah safari gurun di Dubai yang seru.
Negara di jazirah Arab dihiasi gurun, termasuk di Uni Emirat Arab. Dubai juga memiliki gurun yang dikelola menjadi destinasi wisata oleh beberapa operator. Saya dan rekan-rekan mencoba Dubai Desert Safari.
Saya dan rekan-rekan naik mobil dari kota, yang langsung melakukan manuver-manuver ala "Fast & Furious" ketika kami mencapai gurun.
Naik-turun, belok tajam ke kiri dan kanan; mirip naik roller coasters tapi lebih ringan, he he. Jika kami menjerit seru (sok) takut, sopir kami malah seperti tertantang untuk melakukan manuver selanjutnya.
Di sore hari, sebelum tiba di perkemahan turis, kami sampai di kandang unta. Anda bisa berfoto bersama unta, atau naik unta ramai-ramai.
Di gurun, angin cukup kencang meski hawa agak lembap. Anda bisa membawa jaket untuk jaga-jaga, namun baju Anda sebaiknya dari katun agar menyerap keringat.
Kemudian kami tiba di perkemahan turis di tengah gurun. Tenda-tenda pengunjung menghadap panggung pertunjukan, sementara di seberang pondokan untuk makan malam prasmanan. Ada pula tenda untuk memakai henna, hiasan di tangan untuk wanita. Bisa juga berfoto bareng rajawali, hewan peliharaan para nomaden di gurun.
Anda pun dapat menguji kebugaran dengan bermain sandboarding. Sandboarding-nya, sih, biasa saja, tapi untuk sampai ke atas sebelum meluncur turun, Anda harus melangkah cepat di tengah permukaan pasir dalam yang menanjak cukup curam. Hitung-hitung melatih kebugaran, hi hi.
Menjelang malam, lampu-lampu menyala, tapi listrik dikurangi, sehingga suasana mungkin tak ubahnya di perkemahan nomaden dulu. Saya menikmati makan malam kebab dengan cocolan hummus yang enak.
Setelah makan malam, para pengunjung dihibur pertunjukan tari api, tari permadani, hingga tari perut yang pastinya membakar kalori.
Menontonnya tentu saja di bawah langit yang cukup jernih sehingga terlihat gugusan bintang, meski tak terlalu jelas.
Pada pukul sembilan malam, listrik mulai dipadamkan satu per satu. Rupanya lokasi gurun untuk para turis mau tutup. Para turis bergegas ke mobil masing-masing.
Atraksi terakhir adalah melihat sang gembala unta menggiring beberapa ekor untanya pulang. Lampu yang ada hanya menyinari mereka, sebelum mereka menghilang dari pandangan.
Saya membayangkan betapa beratnya kehidupan para nomaden di gurun yang harus menghadapi perubahan cuaca yang bisa saja drastis, badai pasir (sekali-sekali), hingga repotnya mengurus kawanan unta mereka. Dan mereka pasti perlu persediaan sunblock yang banyak, ya (yang harus Anda dan keluarga pakai jika ke sana).
Safari di gurun cocok untuk seluruh keluarga; apalagi jika Anda manusia urban haus petualangan. Namun jika ada anggota rombongan yang hamil, atau mudah mabuk, lebih baik pisah mobil, jika Anda tetap ingin menikmati petualangan kebut-kebutan di gurun.
Foto: Dubai Tourism Board, Umi Kalsum, Zornia