Sabrina menghabiskan banyak waktu di luar negeri untuk menimba ilmu dan bekerja. Hal ini membuatnya sedikit terbata-bata jika bicara dalam Bahasa Indonesia. Lalu, bagaimana ia berkomunikasi dengan para petani?
“Berantakan,” jawabnya diiringi tawa. “Biasanya ada farm coordinator yang bisa bantu menerjemahkan jika ada kendala bahasa,” ujarnya.
Namun ia mengaku para petani yang bekerja sama dengannya sudah memahaminya. “Mereka sudah biasa juga melihat saya, this weird girl from the city.”
Ke depannya, Sabrina optimitis dengan perkembangan Krakakoa dan industri cokelat pada umumnya. “Cocoa is like coffee,” ujarnya.
Dua puluh tahun lalu, kopi instan mungkin sudah dianggap sebagai cara terbaik menikmati kopi. Namun sekarang tidak demikian.
Cokelat yang pertama kali dicoba biasanya adalah milk chocolate yang rasanya manis. Lambat laun eksplorasi penikmat cokelat pun akan berkembang mencari fine chocolate. Ia mulai melihat tren itu.
“Sama seperti single origin coffee,” Sabrina membuat perbandingan. Pada akhirnya, Sabrina kembali ke alasannya mendirikan perusahaan ini.
“Sebuah perusahaan tidak hanya untuk meraih keuntungan tetapi juga untuk mengatasi masalah sosial dan lingkungan,” ujarnya.
Ia ingin perusahaannya berkembang dengan harapan ia akan membuat dampak nyata di masyarakat serta mengubah komunitas karena pekerjaan yang ia lakukan.
Pernah merasakan bekerja di perusahaan besar dan membangun usaha sendiri, Sabrina dengan pasti menentukan pilihannya.
“I prefer this, kerja sendiri,” ujarnya. Pekerjaannya sehari-hari saat ini dianggapnya lebih menarik dan menantang.
Namun membangun perusahaan sendiri tentunya penuh perjuangan. Memastikan perusahaan memiliki dana yang cukup, memantau seluruh aspek di perusahaan, memastikan produksi berjalan lancar, kesejahteraan petani adalah sedikit permasalahan yang Sabrina hadapi.
Tak hanya persoalan saat ini saja, ia pun harus memikirkan masa depan perusahaan. Jika permasalahan datang bertubi-tubi, Sabrina akan kembali ke cintanya pada cokelat.
“I will have a KitKat sometimes,” ujarnya. Atau ia akan ditemani oleh cokelat favoritnya, cokelat batangan klasik 70%.
Foto: Hermawan
Pengarah gaya: Erin Metasari
Rias wajah: Ary Alba
Artikel ini dimuat di Majalah Dewi edisi Mei 2018
Klik dewimagazine.com untuk artikel profil, gaya hidup, dan fashion lainnya