Jauh sebelum terkenal, ia menghabiskan masa kanak-kanaknya di Sumedang, Jawa Barat. Sejak kecil ia memang suka menyanyi, beberapa lomba nyanyi pernah diikutinya. “Tapi jarang menang, ha ha ha,” ia mengenang.
Seperti anak-anak lainnya, cita-cita Ocha mudah berubah. Saat SD, ia ingin jadi dokter. Waktu di SMA, malah berubah ingin mendalami public relations. “Tapi saya tidak pernah kepikiran ingin jadi penyanyi profesional.”
Padahal, ketika masih di SD Ocha sudah punya album lagu. Album pertamanya itu direkam di label Prosound—sekarang menjadi Trinity Optima Production—berjudul Untuk Sahabatku. Tentang album ini ada cerita tersendiri. Mulanya ibunda Ocha yang akan dites vokal untuk rekaman.
“Waktu Mama sedang tes vokal, aku iseng ikut nyanyi-nyanyi. Eh, malah ditawari rekaman juga,” kenang Ocha. Dan akhirnya malah Ocha yang ditawari rekaman, menggantikan sang ibu! Walau pernah jadi penyanyi cilik, Ocha baru mencapai puncak ketenarannya justru setelah dewasa, setelah ia
menyanyikan lagu Tegar yang dirilis pada 1999.
Menghadapi banyaknya penyanyi wanita pendatang baru, Ocha tak ambil pusing. Ia malah senang karena makin banyak warna baru di industri musik Indonesia. Menurutnya, setiap penyanyi punya penggemar masing-masing. Itu sebabnya ia merasa tak perlu takut tersaingi. “Lebih baik aku konsentrasi pada apa yang aku bikin. Itu saja. Jadi nggak panik,” katanya.
Saat ini Ocha sedang sering bolak-balik ke Malaysia. Mulai November lalu, ia tampil live di ajang pencarian bakat Tiga Juara di Malaysia. Ia menjadi juri untuk kategori pop ballad. Ia bahkan dianugerahi gelar Dato’ pada 2013 oleh Kesultanan Pahang untuk prestasinya di bidang tarik suara, juga karena Ocha dianggap berhasil mendekatkan hubungan antara Malaysia dan Indonesia. Pada Desember ini, Ocha juga tampil mewakili Indonesia di Asian Television Awards yang digelar di Singapura.