Dua dekade berkarier di dunia musik, Rossa tetap bersinar. Menghabiskan sore bersamanya membuat saya paham mengapa ia bisa sesukses itu.
“Coba panggil Rizky ke sini. Pura-puranya kita wawancara dia, ya,” kata Ocha—sapaan akrab Rossa. Sore itu Ocha tengah dirias untuk pemotretan cover PESONA. Ia datang ditemani Rizky Langit Ramadhan, putra semata wayangnya dari pernikahan dengan Surendro Prasetyo alias Yoyo Padi.
Tak lama kemudian, Rizky yang sedang bermain di studio foto menghampiri kami di ruang rias. “Kalau sama Ibu suka main apa saja?” tanya saya kepada Rizky yang berusia 10 tahun. Tidak menjawab, ia malah mendekapkan tangannya melingkari tubuh Ocha, memeluk sayang sang ibu.
Sekarang Rizky menjalani home schooling sehingga bisa lebih sering menghabiskan waktu bersama Ocha. Dua kali seminggu Ocha turun langsung menjadi guru bagi Rizky. Jika tidak ada kegiatan lain, Rizki sering diajak Ocha menemani dirinya.
Tingkah laku sang bocah memang suka memancing gelak tawa. Pernah suatu kali, Rizky menasihati Ocha. “Bu, kalau Ibu nanti punya suami lagi harus yang pintar, sukses, dan yang banyak uang. Jadi Ibu nggak usah capek-capek kerja,” kata Ocha menirukan Rizky. “Mungkin dia kasihan sama aku, ya. Aku, kan, kerja melulu. Ha ha ha….”
Sudah 20 tahun Ocha bertahan di industri musik. Dan di dunia musik, pasti selalu ada penyanyi baru yang bermunculan. Sebagian tenggelam, sebagian bertahan. Tapi Rossa selalu ada di sana. Bertahan bahkan mencapai puncak karier sebagai penyanyi berpredikat diva. “Yang pasti, aku berusaha tulus dengan yang aku kerjakan. Aku bersungguh-sungguh, nggak mau setengah-setengah,” kata Ocha.
Dalam memilih lagu, Ocha punya sederet kriteria yang harus dipenuhi. “Pertama, harus beda sama lagu yang pernah aku nyanyikan—supaya nggak membosankan. Yang kedua, liriknya harus strong. Aku nggak terlalu suka yang berhias-hias kata. Lebih suka yang lugas. Ketiga, nggak boleh mengiba-iba. Misalnya memohon-mohon balik kepada mantan. Aaa… nggak mungkin aku terima,” kata Ocha dengan nada kocak.