Seniman Multitalenta
Akting Ria Irawan sebagai aktor mulai diperbincangkan ketika ia tampil sebagai pemeran pendukung dalam film Kembang Kertas (1984). Waktu itu ia masih duduk di kelas 3 SMP dan berperan sebagai pecun (pelacur anak sekolah). Meski tidak mendapat penghargaan, sejak itu ia masuk dalam daftar aktris yang diperhitungkan. Kali ini sebagai Ria Irawan, bukan sebagai anak Bambang dan Ade Irawan.
Tahun berikutnya, berkat perannya di film Bila Saatnya Tiba (1985), untuk pertama kalinya Ria meraih nominasi di Festival Film Indonesia (FFI) 1986 sebagai Aktris Pendukung Terbaik. Namun Piala Citra baru berhasil dimenangkannya lewat film Selamat Tinggal Jeanette sebagai Aktris Pedukung Terbaik FFI 1988. Ia juga merambah dunia tarik suara, antara lain dengan membentuk trio vokal bersama Nurul Arifin dan Ita Mustafa, merekam album dangdut bersama Rano Karno, dan menjadi produser untuk albumnya sendiri yang berjudul Untuk Kamu. Ia juga menjajal dunia fotografi dan penyutradaraan kip video, antara lain dengan menggarap klip video Anggun C. Sasmi.
Kasus kematian Aldi akibat overdosis di rumah Ria pada tahun 1994 sempat menyurutkan langkah Ria di dunia hiburan (lihat boks). Setelah kasus yang sangat mengebohkan itu, sekian lama namanya seolah menghilang ditelan bumi. Ria mengakui, itu adalah masa-masa yang paling stressful baginya. Setelah drop out dari fakultas pegagogi Universitas Kristen Indonesia (UKI), ia pindah jalur ke fakultas ekonomi di Institut Bisnis dan Manajemen Indonesia dan berhasil menyelesaikan S1-nya. Setelah itu, ia terbang ke Milan, Italia, untuk belajar di Instituto Europeo di Design, mengambil jurusan animasi. Di Milan, ia bergabung dengan kakaknya, Dewi Irawan, yang saat itu tinggal di sana bersama keluarganya. Ia juga menjadi ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia di Milan. Untuk mencari tambahan uang saku, ia bekerja paruh waktu sebagai waitress restoran.