Di ujung bulan puasa lalu, Chandra Dewi Ariati Irawan diam-diam mengucap syukur kepada Yang Kuasa. Setelah lima tahun lebih berjuang melawan kanker getah bening, akhirnya ia dinyatakan 'bersih' oleh dokter. "Alhamdulillah, sel kanker di tubuh saya dinyatakan sudah nol," katanya. Kendati begitu, ia mengaku harus rajin kontrol ke dokter dan disiplin menjaga gaya hidup sehat.
Meski tampil dengan kepala nyaris plontos akibat efek kemoterapi, tak terlhat sedikit pun kesan stres di wajahnya, apalagi kehilangan rasa percaya diri. gerak-geriknya tetap gesit. Saat menjalani pemotretan dengan Pesona, ia datang ke lokasi dengan menyetir mobil sendiri. Sense of humor-nya pun tetap tinggi.
"Nih, begini caranya bikin ubel-ubel ala sopir bajaj India," katanya smebaru menunjukkan cara membuat turban dari sehelai selendang.
Ria boleh saja sudah kebal menghadapi berbagai gosip. Namun ia sempat ketakutan setengah mati ketika lima tahun yang lalu haidnya tak kunjung berhenti.
"Saya disarankan untuk periksa ke dokterm tapi saya tunda-tunda terus karena takut menghadapi kenyataan," katanya. Akibatnya, endometriosis di rahimnya terlanjur kronis sehingga rahimnya pun harus diangkat. Belakangan, sel kanker di rahimnya telah menjalar ke jaringan getah beningnya. Anehnya, setelah jelas-jelas divonis menderita kanker, hatinya malah jadi lebih tenang dan pikirannya waras kembali. Ia pun menjalani pengobatan dengan disiplin, ikhlas, dan penuh optimistis.
"Saya selalu bilang pada ornag-orang yang kena kanker, sekarang nggak zamannya lagi kita menganggap kanker sebagai vonis mati. Kalau kita menjalani pemeriksaan dan pengobatan sedini mungkin, besar kemungkinan sel kanker di tubuh kita bisa dikalahkan," kata wanita yang menunaikan ibadah haji tahun 1997 ini.Ria ikhlas rambutnya rontok hingga kepalanya botak akibat menjalani radiasi dan kemoterapi.
"Saya menjalani pengobatan dengan santai. Pernah, sehabis kemo saya langsung diving di Batam," katanya, tertawa.
Sebagai pengguna BJPS, sukarela ia maju sebagai saksi di Mahkamah Konstitusi untuk membela program BPJS yang saat itu diusulkan untuk dicabut karena dianggap tidak bermanfaat. Mungkin karena melihat upayanya yang tanpa pamrih 'mengiklankan' BPJS, belakangan ia diangkat menjadi duta BPJS.
Kini, wanita yang tidak berniat menikah lagi itu melakukan apa saja sesuai panggilan hatinya. Selain tetap berkiprah di dunia film, ia menjadi aktivis kemanusiaan. Ketika ada beberapa ODHA (orang dengan HIV/AIDS) dari luar kota yang harus berobat ke Jakarta, ia menyediakan kamar di rumahnya sebagai tempat menginap gratis. Ia mensterilkan kucing-kucing liar di sekitar rumahnya. Ia belajar bahasa isyarat, juga belajar membaca huruf Braille. "Pokoknya saya akan melakukan apa saja yang membuat saya happy dan berguna."
Baca juga: Ria Irawan dan Pahit Manis Dunia Film
Foto: Lufti Hamdi
Pengarah gaya: Siti H. Hanifiah, Dian Prima
Rias wajah: Tania Ledezma
Busana: Carmanita, Agnes Budhisurya (@Alun-Alun Indonesia, Grand Indonesia)
Lokasi: Kediaman Milly Inda-Supit, Cilandak, Jakarta Selatan.