Penggiat kuliner yang satu ini tak pernah sekolah kuliner. Tapi ia percaya pada kemampuannya dan maju terus. Petty Pandean Elliott membuktikan bahwa ia tak pernah setengah hati mengerjakan tiap detail yang berhubungan dengan sajian yang disiapkannya. Pengalaman wanita kelahiran 7 Juli 1969 ini sebagai penulis kuliner membantunya mengenal masakan, rasa, dan banyak chef berpengalaman, sehingga memudahkan Petty untuk berkolaborasi.
Mengingat ia tak punya latar pendidikan formal di bidang kuliner, saya jadi penasaran. Pernahkah ia dipandang sebelah mata oleh para praktisi kuliner ‘sekolahan’? “Beruntung banget saya tak pernah merasa diremehkan oleh mereka. Selain itu, acara-acara saya kebanyakan diselenggarakan di hotel atau resor yang timnya mengenal saya sebagai food writer dan food critic,” ujar Petty.
Meski punya banyak koneksi, jangan anggap Petty menganut aji mumpung. Mereka yang mengenal Petty pastinya juga sudah tahu bahwa Petty paham apa yang harus dilakukannya. “Saya selalu well-prepared, disiplin, dan memberikan kualitas terbaik untuk meyakinkan mereka bahwa saya mampu,” ia menegaskan.
“Pekerjaan di dapur itu berat. Makanya, lebih banyak laki-laki di sana. Disiplinnya seperti tentara dan peralatannya berat-berat,” jelas Petty dengan aksen yang khas. Tegas, yakin, dan berwibawa, tapi tidak jumawa. Ada banyak hal tak terduga dan spontanitas yang bisa terjadi di dapur. Mulai dari mengganti bahan makanan, hingga consommé yang tak sengaja terbuang pada menit-menit terakhir sebelum acara dimulai.
“Harus tetap cool karena the show must go on. Apalagi bila saya harus memimpin tim,” katanya. Petty sama sekali tak terlihat berbangga hati karena bisa setara dengan para pria dan chef sekolahan di dapur hotel ternama. Namun ia tampak puas dengan apa yang telah dilakukannya sejauh ini. “Tapi yang pasti, saya tak akan pernah berhenti belajar.”
Kini hari-hari Petty penuh berbagai kegiatan di dunia kuliner. Ia menjadi guest chef di banyak hotel dan resor, baik di dalam maupun luar negeri. Ia juga tetap menulis tentang kuliner untuk sebuah media. Menyusul buku pertamanya yang berjudul Papaya Flower, buku keduanya, Jakarta Bites, baru saja terbit. Dari awalnya berkolaborasi hingga punya tim sendiri, sekarang Petty berhasil memimpin orkestranya sendiri.
Saya jadi ingat film The Martian (2015). Mark Watney (Matt Damon), seorang ahli botani, mengatakan, ketika Anda berhasil menanam tumbuhan di suatu tempat, Anda telah menjadikannya tanah koloni. Petty, yang berlatar belakang dunia periklanan, sudah mencapai tahapan memanen. Ia bertekad untuk bertahan di ‘tanah baru’-nya dan terus memanen!
[Baca juga tentang berbagai obat alami dari dapur Anda]
Foto: Zaki Muhammad
Pengarah gaya: Siti H. Hanifiah