Menari bukan hanya melatih otot, tapi juga melatih rasa dan konsentrasi. Bagus untuk membentuk tubuh dan menurunkan berat badan, serta mencegah kepikunan. Juga untuk senang-senang, karena bisa kumpul-kumpul bersama teman-teman satu minat.
“Konsentrasi…! Jangan kemrungsung…! Lima… enam… tujuh… jebret..!”
Tujuh wanita dalam kostum latihan menari ala Purwakanthi berupa jarik (kain batik) sogan motif Parang, kaus polos warna merah, kuning, dan hitam, serta sampur (selendang untuk menari) warna hijau, serentak berkonsentrasi penuh mengikuti aba-aba instruktur tari mereka. Di panggung tak boleh ada gerakan yang salah. Iramanya pun harus kompak. Tak sampai seperempat jam, tubuh mereka bersimbah peluh. Maklum, setiap gerakan dilakukan dengan lamban tapi menahan.
Di Sabtu pagi itu, mereka tengah berlatih tari kreasi baru berjudul Mustika Jati—fragmen tentang Bisma menolak cinta Dewi Amba, yang gerakan dasarnya adalah tarian klasik Bedhaya gaya Surakarta. Bertempat di salah satu ruangan di Kompleks Joglo Kemang, Jakarta Selatan, latihan berlangsung serius karena mereka akan naik pentas seminggu kemudian di Galeri Indonesia Kaya Jakarta.
[Baca juga tentang lucunya komunitas peduli kucing di sini]
Purwakanthi (yang artinya awal dari kebersamaan) adalah komunitas pencinta tari Jawa (gaya Solo) di Jakarta yang didirikan oleh Yusi Ariani, 46, ibu rumah tangga, sekitar dua tahun lalu. “Setelah anak-anak kuliah di luar negeri, saya jadi punya banyak waktu luang. Tiba-tiba saya rindu ingin kembali berlatih menari Jawa klasik yang telah saya tekuni sejak kecil,” cerita Yusi.
Ia lalu mengungkapkan kerinduannya itu kepada beberapa teman perempuannya, dan ternyata mereka antusias menyambutnya. “Lucunya, beberapa di antara mereka bahkan ada yang sama sekali belum pernah menari, dan tak punya darah Jawa sedikit pun.” Dengan anggota yang waktu itu baru lima orang, mereka berhasil mendapatkan seorang instruktur tari Jawa lulusan jurusan Tari Institut Seni Indonesia (ISI) Solo, bernama Martini Brenda. Kini, anggota Purwakanthi sekitar 40 orang, semua perempuan, dari berbagai usia dan profesi.
Purwakanthi telah berpartisipasi dalam berbagai festival. tari di dalam dan di luar negeri. Mereka pernah berpartisipasi di Nem-Likuran, event tari bulanan yang diselenggarakan setiap tanggal 26 di Solo, yang selalu ‘dipelototi’ dan dikritisi oleh para pakar tari di sana. November tahun lalu mereka juga tampil di Lintas Nusantara Festival 2015 di Singapura.
Foto: Dennie Ramon