Semua perihal diciptakan sebagai batas. Membelah sesuatu dari sesuatu yang lain. Hari ini membatasi besok dan kemarin. Besok batas hari ini dan lusa. Jalan-jalan memisahkan deretan toko dan perpustakaan kota, bilik penjara dan kantor walikota, juga rumahmu dan seluruh tempat di mana pernah ada kita.
Bandara dan udara memisahkan New York dan Jakarta. Resah di dadamu dan rahasia yang menanti di jantung puisi ini dipisah kata-kata. Begitu pula rindu, hamparan laut dalam antara pulang dan seorang petualang yang hilang. Seperti penjahat dan kebaikan dihalang uang dan undang-undang.
Seorang ayah membelah anak dari ibunya -dan sebaliknya. Atau senyummu, dinding di antara aku dan ketidakwarasan. Persis segelas kopi tanpa gula menjauhkan mimpi dari tidur.
Apa kabar hari ini? Lihat, tanda tanya itu, jurang antara kebodohan dan keinginanku memilikimu sekali lagi.
Itulah satu dari 4 puisi Rangga yang akan muncul di film Ada Apa Dengan Cinta? 2 (AADC 2). Anda mungkin pernah mendengar petikannya dalam teaser film AADC 2. Puisi versi lengkap ini dibacakan oleh penulisnya, M. Aan Mansyur. Penyair asal Makassar ini adalah penyair yang dipercaya Mira Lesmana untuk menuliskan puisi-puisi Rangga di film AADC 2.
Dalam peluncuran novel AADC di Kinokuniya Plaza Senayan, Aan -begitu ia disapa, membacakan untuk pertama kalinya versi lengkap dari puisi ini. Aan juga membacakan dua puisi lainnya, yang tak ada di dalam film tetapi ada di dalam buku.
"Biasanya kalau menulis puisi saya membayangkan wajah cewek, kali ini saya membayangkan wajah cowok," kenang Aan saat ditanya soal proses kreatif menuliskan puisi-puisi Rangga. Ia harus membayangkan menjadi Rangga untuk bisa menuliskan 31 puisi yang dibukukan dalam Tidak Ada New York Hari Ini. "Rangga adalah orang yang tidak suka berbasa-basi. Rangga tidak suka mengatakan kata-kata yang tak mengatakan apa-apa."
Empat dari 31 puisi dalam Tidak Ada New York Hari Ini akan muncul di film AADC 2. Buku puisi ini juga menampilkan foto-foto karya Mo Riza, fotografer yang telah lama hidup di New York. Tidak Ada New York Hari Ini rencananya akan diluncurkan bersamaan dengan penayangan perdana film AADC 2 di bioskop, 28 April 2016.
"Saya senang dapat berkolaborasi dengan Mo Riza. Buku puisi saya sebelumnya, Melihat Api Bekerja adalah hasil kolaborasi dengan Emte (Muhammad Taufiq). Kolaborasi membuat saya terus bertumbuh," ungkap Aan. Dengan begitu, sudah dua buku puisi Aan yang tak hanya berisi teks-teks puisi, melainkan memanjakan pembaca puisi dengan ilustrasi gambar dan foto.
Kehadiran Aan di Jakarta tanggal 14 April lalu bersamaan dengan peluncuran resmi novel AADC yang ditulis oleh Silvarani. "Ketika ada kesempatan menovelisasi saya tertarik untuk mengeksplorasi kisah Rangga dan ayahnya. Juga tentang Alya dan ayahnya," ungkap Silvarani dalam jumpa pers.
“Cerita AADC? telah menjadi kisah yang melekat di hati generasi milenium, sehingga saya yakin betul kisah AADC juga bisa dinikmati generasi remaja sekarang. Novel ini baik untuk generasi baru maupun generasi yang ingin bernostalgia merasakan kembali kisah cinta Rangga dan Cinta, serta persahabatan Cinta, Maura, Alya, Milly, dan Karmen,” ujar Mira Lesmana, penulis cerita dan produser AADC yang juga menjadi penulis cerita, skenario, dan produser untuk AADC 2.
"Tantangan selama proses penulisan, rasanya ada di dialog-dialog fenomenal. Misalnya waktu Cinta bilang ke Rangga, ‘Basi! Mading-nya udah siap terbit!’ yang kalau di film kita bisa tahu jelas nada bicara dan tekanan suara Cinta. Ada ciri khasnya. Tapi kalau di novel, saya cuma bisa menuliskannya, "Basi! Mading-nya sudah siap terbit!" bentak Cinta. Paling begitu. Saya tidak bisa secara spesifik menggambarkan kepada pembaca bagaimana nada dan tekanan suara yang Cinta berikan dalam kata-katanya. Setiap pembaca pasti membayangkan nada bentak Cinta dengan nada dan ciri khas yang berbeda-beda,” tambah Silvarani.
Novel ini sudah tersedia di toko-toko buku terdekat. Anda bisa bernostalgia bersama teman-teman SMA dengan novel ini atau memberikan novel ini kepada anak remaja Anda yang ingin tahu kisah tentang Cinta dan Rangga yang fenomenal di tahun 2002 itu.
[Intip berbagai gaya busana Cinta dalam AADC2]
Foto: Tenni Purwanti, Gramedia.
Dalam peluncuran novel AADC di Kinokuniya Plaza Senayan, Aan -begitu ia disapa, membacakan untuk pertama kalinya versi lengkap dari puisi ini. Aan juga membacakan dua puisi lainnya, yang tak ada di dalam film tetapi ada di dalam buku.
"Biasanya kalau menulis puisi saya membayangkan wajah cewek, kali ini saya membayangkan wajah cowok," kenang Aan saat ditanya soal proses kreatif menuliskan puisi-puisi Rangga. Ia harus membayangkan menjadi Rangga untuk bisa menuliskan 31 puisi yang dibukukan dalam Tidak Ada New York Hari Ini. "Rangga adalah orang yang tidak suka berbasa-basi. Rangga tidak suka mengatakan kata-kata yang tak mengatakan apa-apa."
Empat dari 31 puisi dalam Tidak Ada New York Hari Ini akan muncul di film AADC 2. Buku puisi ini juga menampilkan foto-foto karya Mo Riza, fotografer yang telah lama hidup di New York. Tidak Ada New York Hari Ini rencananya akan diluncurkan bersamaan dengan penayangan perdana film AADC 2 di bioskop, 28 April 2016.
"Saya senang dapat berkolaborasi dengan Mo Riza. Buku puisi saya sebelumnya, Melihat Api Bekerja adalah hasil kolaborasi dengan Emte (Muhammad Taufiq). Kolaborasi membuat saya terus bertumbuh," ungkap Aan. Dengan begitu, sudah dua buku puisi Aan yang tak hanya berisi teks-teks puisi, melainkan memanjakan pembaca puisi dengan ilustrasi gambar dan foto.
Kehadiran Aan di Jakarta tanggal 14 April lalu bersamaan dengan peluncuran resmi novel AADC yang ditulis oleh Silvarani. "Ketika ada kesempatan menovelisasi saya tertarik untuk mengeksplorasi kisah Rangga dan ayahnya. Juga tentang Alya dan ayahnya," ungkap Silvarani dalam jumpa pers.
“Cerita AADC? telah menjadi kisah yang melekat di hati generasi milenium, sehingga saya yakin betul kisah AADC juga bisa dinikmati generasi remaja sekarang. Novel ini baik untuk generasi baru maupun generasi yang ingin bernostalgia merasakan kembali kisah cinta Rangga dan Cinta, serta persahabatan Cinta, Maura, Alya, Milly, dan Karmen,” ujar Mira Lesmana, penulis cerita dan produser AADC yang juga menjadi penulis cerita, skenario, dan produser untuk AADC 2.
"Tantangan selama proses penulisan, rasanya ada di dialog-dialog fenomenal. Misalnya waktu Cinta bilang ke Rangga, ‘Basi! Mading-nya udah siap terbit!’ yang kalau di film kita bisa tahu jelas nada bicara dan tekanan suara Cinta. Ada ciri khasnya. Tapi kalau di novel, saya cuma bisa menuliskannya, "Basi! Mading-nya sudah siap terbit!" bentak Cinta. Paling begitu. Saya tidak bisa secara spesifik menggambarkan kepada pembaca bagaimana nada dan tekanan suara yang Cinta berikan dalam kata-katanya. Setiap pembaca pasti membayangkan nada bentak Cinta dengan nada dan ciri khas yang berbeda-beda,” tambah Silvarani.
Novel ini sudah tersedia di toko-toko buku terdekat. Anda bisa bernostalgia bersama teman-teman SMA dengan novel ini atau memberikan novel ini kepada anak remaja Anda yang ingin tahu kisah tentang Cinta dan Rangga yang fenomenal di tahun 2002 itu.
[Intip berbagai gaya busana Cinta dalam AADC2]
Foto: Tenni Purwanti, Gramedia.