Sebagai desainer interior, Anita Boentarman memikirkan segala aspek ketika merancang sebuah ruangan. Di samping indah dipandang, kenyamanan dan keamanan adalah segalanya.
Suaranya lembut dan halus. Rambutnya panjang melewati bahu. Badannya ramping kencang berkat latihan yoga selama lebih dari 10 tahun. Sekilas saja saya bisa menyimpulkan ia sosok yang feminin, si pencinta keindahan. Namun di balik kelembutan itu tersimpan kekuatan.
Tatap saja sekilas sorot matanya yang senantiasa menatap tajam, seolah hendak menyimpan apa saja yang dipandangnya ke dalam memori terdalam. Bagaikan kamera yang merekam suasana dalam sekali klik. Wajar saja jika ia teliti, karena kelak hasilnya akan dipakai sebagai bahan inspirasi dalam mendesain sebuah ruangan.
Sudah 27 tahun Anita Boentarman terjun sebagai desainer interior, dan tak terhitung lagi rumah, hotel, apartemen, dan kantor yang pernah dirancangnya. Lulus sebagai Sarjana Arsitektur dari Universitas Indonesia Angkatan 82, lazimnya ia menekuni bidang arsitektur seperti kebanyakan teman-teman seangkatannya. Namun Anita memilih desain interior.
Pendidikan desain interior ditempuhnya pada 1987 di New England School of Art and Design, Boston, Amerika Serikat. “Ego seorang arsitek adalah mendesain sebuah rumah atau bangunan agar terlihat indah dari luar. Sedangkan desainer interior berfokus di area dalam bangunan sehingga berhubungan langsung dengan kehidupan,” kata ibu dari dua putra ini. Ia meyakini, dengan ruangan yang nyaman, kualitas hidup penghuninya akan meningkat.
Coba hitung, berapa jam yang Anda habiskan dalam ruangan? Mulai dari bersantai di rumah, bekerja di kantor, hingga cuci mata di mal. “Dari hari ke hari, umumnya kita berada di dalam ruangan jauh lebih lama daripada di luar ruangan. Di rumah, misalnya, berapa lama, sih, kita berada di luar? Setelah itu kita biasanya akan masuk ke dalam untuk melakukan kegiatan sehari-hari,” Anita beralasan.