Perawatan ini akan disarankan kepada pasien dan keluarganya bila penyakit tidak dapat disembuhkan, atau tindakan operasi akan memperburuk kondisinya.
Kita bisa saja dihadapkan pada kasus seperti ini: Orang tua begitu yakin bahwa hidupnya sudah sampai di tahap akhir dan tak lama lagi akan meninggal. Namun sebagai anak kita berharap bahwa orang tua kita masih bisa disembuhkan, lalu kita membujuknya agar mau dirawat di rumah sakit untuk memperpanjang hidupnya.
“Kalau pasien sudah tidak mau diobati dengan alasan yang masuk akal, kita harus menghargai. Misalnya kemungkinan sembuh sangat tipis padahal biaya pengobatannya akan sangat besar, dan dia tidak ingin membebani keluarganya. Bila pasien sudah ikhlas dan siap untuk meninggal, dan sudah menyiapkan kondisi anak-anaknya, kami menghargai keputusan pasien,” jelas dr. Maria Astheria Witjaksono, MPALLC (FU), dokter paliatif yang berpraktik di RS Kanker Dharmais, Jakarta.
Perawatan paliatif adalah perawatan yang diberikan (di rumah) untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dengan menangani gejala fisik yang muncul. Setelah tidak merasakan sakitnya, pasien akan lebih mudah menerima kondisinya dengan lebih ikhlas dan tenang. Hidup pasien yang tidak merasa kesakitan juga bisa lebih berkualitas. Mereka bisa menghabiskan sisa waktu hidupnya dengan melakukan keinginan mereka dan tidak hanya terbaring di tempat tidur.
“Misalnya saja pasien yang berprofesi dosen. Ia masih dapat menulis buku untuk mahasiswanya. Sambil menjalani sisa hidupnya, pasien ini bisa menghasilkan sesuatu yang bermanfaat untuk dirinya, keluarga, dan orang lain,” Maria mencontohkan. Lebih lanjut Maria mengatakan bahwa keberhasilan perawatan paliatif itu bukan berarti pasien sembuh, tetapi jika pasien bisa menghabiskan waktunya yang tersisa dengan berkualitas. Meski tidak bisa menyembuhkan penyakit, perawatan paliatif bisa membuat pasien merasa nyaman dengan menghilangkan gejala-gejala penyakit yang muncul.