Di usia matang, yang bisa berarti di atas 45 tahun atau ketika Anda bersiap menghadapi menopause, olahraga tak boleh ditinggalkan.
Manfaat olahraga bisa didapat secara maksimal bila Anda berolahraga dalam takaran yang cukup atau moderate; tidak lebih, tidak kurang.
Bagi non-atlet, olahraga yang dilakukan adalah untuk kesehatan, dengan cukup mengerahkan 60% hingga 70% kemampuan fisik.
Bagaimana, sih, menakar olahraga yang pas buat Anda?
Caranya sederhana. Ketahui dulu denyut jantung maksimal Anda. Rumusnya: 220 dikurangi usia (dalam tahun) = 100% denyut jantung maksimal/menit. Sedangkan takaran olahraga moderate adalah: 60%-70% dari denyut jantung maksimal/menit.
Olahraga yang pas akan memicu produksi hormon endorfin, yang sering dijuluki morfin alami. Maka, selain membuat tubuh relaks, hormon ini menciptakan rasa ketagihan, termasuk terhadap olahraga.
Olahraga dengan takaran pas juga akan meringankan penderitaan wanita di masa perimenopause dan menopause.
Tubuh yang menghangat dan berkeringat saat berolahraga bisa mengalihkan hot flushes (rasa panas pada tubuh). Rasa fun yang didapat saat berolahraga juga bisa menjinakkan fluktuasi mood.
Latihan kekuatan adalah olahraga yang bisa Anda pilih. Latihan kekuatan (strength training) dimaksudkan untuk merangsang tubuh agar menyimpan protein (dalam otot) dan mineral serta portein (dalam tulang).
Latihan ini juga bisa mencegah tubuh mengalami cedera akibat aktivitas sehari-hari, meminimalisasi risiko osteoporosis di masa tua serta mengencangkan otot-otot.
Bentuk latihannya beragam, meliputi latihan beban, menarik-ulur, atau menggunakan tubuh sendiri sebagai beban, seperti push-up atau berjalan sambil jongkok (squat).
Di saat kita masih harus melakukan physical distancing, ke gym bukan pilihan tepat. Alternatifnya, Anda bisa bermain tenis, berenang di kolam renang pribadi, atau melakukan pekerjaan rumah tangga, seperti mengepel lantai, menggosok perabotan, atau menggendong anak.
Foto: Anastase Maragos/Unsplash