![](https://www.pesona.co.id/img/images/magnificent-seven-2.jpg)
Menonton film Magnificent Seven, saya teringat masa-masa era kejayaan film koboi. Genre film ini memang punya tempat khusus untuk para pencinta film dan tentunya laku di pasaran. Dari mulai "Young Guns" (1988), "The Quick and The Dead" (1995), "Wild Wild West" (1999), "No Country for Old Men" (2007), hingga "Django Unchained" (2012).
Dengan tema besar mengalahkan kejahatan, "Magnificent Seven" mencoba mengulangi kesuksesan film-film koboi pendahulunya. Bercerita tentang kota kecil Rose Creek yang ketenangannya terganggu oleh kedatangan pengusaha keji Bartholomew Bogue (Peter Sarsgaard). Ingin menguasai kota karena tambang emasnya, Bogue tega membakar gereja dan membantai warga yang tak bersalah.
Seorang janda dari korban kekejaman Bogue menyewa pemburu bayaran Sam Chisolm (Denzel Washington) untuk mengusir Bogue dari Rose Creek. Sepakat akan membantuk, Chisolm membentuk grup yang terdiri atas enam laki-laki. Mereka adalah Josh Farraday (Chris Pratt), Goodnight Robicheaux (Ethan Hawke), Jack Horne (Vincent D’Onofrio), Billy Rocks (Byung-hun Lee), Vasquez (Manuel Garcia-Rulfo), dan Red Harvest (Martin Sensmeier). Jika Bogue punya pasukan yang seragam, pasukan Chisolm kebalikannya. Dari penembak jitu, penjahat yang sedang dicari pihak berwajib, hingga prajurit Indian.
Tujuh jagoan dan sekumpulan warga yang berprofesi sebagai petani ingin mengalahkan ratusan tentara bayaran? It only happens in Hollywood. Rasanya terlalu mudah mereka semua setuju untuk langsung berbondong-bondong ke Rose Creek.
Namun satu hal yang pasti, penonton bisa tertawa. Menonton film yang disutradarai Antoine Fuqua ini (yang sukses memberikan Oscar kepada Denzel lewat "Training Day" tahun 2002), saya bisa terhibur oleh komentar-komentar konyol khas Chriss Pratt. Akting Byung-hun Lee yang tampak tak pernah berganti ekspresi wajah pun bisa memancing gelak tawa.
Akhir ceritanya, dapatkah warga Rose Creek mendapatkan keadilan? Tonton dulu filmnya.
Foto: Columbia Pictures