5. Menegakkan disiplin dengan kekerasan
Terbayang kesalnya jika anak tidak mau mengikuti perintah. Namun atas nama disiplin, saat habis kesabaran, melayanglah tangan Andamemukul pantat atau mencubitnya disertai kata-kata yang melukai perasaannya.
Di kemudian hari, anak mungkin akan mendengar dan mengikuti perintah Anda karena takut. Namun, kekerasan itu akan membekas di hatinya. Anak yang sering mengalami kekerasan dari orang tua cenderung agresif, yang terkadang mengarah ke brutal.
6. Perlakuan karena perbedaan gender
Ayah yang menunjukkan otoritas berlebihan kepada ibu dapat memberikan pesan kepada anak bahwa perempuan adalah makhluk yang lemah dan perlu dikontrol. Akibatnya, anak akan memandang teman perempuannya sebelah mata.
Jika menimbulkan trauma, anak perempuan juga bisa melakukan hal serupa terhadap anak lelaki sebagai balas dendam. Maka, sudah seharusnya hubungan antara ayah, ibu, dan anak terjalin tanpa melihat ia laki-laki atau perempuan, tapi sebagai makhluk Tuhan yang berhak menerima kebaikan.
7. Sikap mengontrol berlebihan
Hal ini akan menanamkan keyakinan pada anak bahwa mengontrol seseorang atau sesuatu yang ada di sekitar mereka adalah hal yang lumrah. Namun kontrol yang berlebihan juga bisa menyebabkan anak menjadi terlalu patuh dan tidak kreatif.
Kelak, ketika ia berteman, ia akan menuntut teman-temannya mengikuti apa yang ia mau. Jika tidak, ia akan menolak untuk berteman.
8. Menonton film action di depan anak
Para psikolog sepakat bahwa tindakan bullying oleh anak banyak terinspirasi oleh tontonan di televisi. Maka, jika Anda menyukai film action, tunggu hingga anak tidur.
Ketika anak belum dapat membedakan mana yang baik dan buruk, anak cenderung untuk meniru apa yang dilihat. Tidak hanya film action, sinetron Indonesia juga dengan gamblang menampilkan aksi kekerasan secara lebay.
[Baca juga 5 perbedaan penting antara bercanda dan bully]
Klik artikel asli di sini
Sumber: Ayahbunda.co.id