Jika Anda pikir Hari Hak Asasi Manusia Internasional setiap tanggal 10 Desember adalah urusan pemerintah atau aktivisi kemanusiaan, Anda harus mengubah pikiran.
Hak Asasi Manusia atau HAM adalah setiap urusan yang menyangkut manusia. Masalahnya beragam; dari hal yang dianggap sepele seperti diskriminasi di tempat kerja, bullying di sekolah, servis menyebalkan di kantor pemerintah karena korupsi, hingga ditekan untuk memilih kandidat tertentu saat pemilu.
PBB menyatakan HAM sebagai cara kita hidup, sementara Nelson Mandela pernah mengatakan bahwa ia ingin membangun budaya politik berbasiskan HAM.
Namun tak perlu mengerutkan kening karena sebenarnya kesadaran kita akan HAM itu menyangkut banyak hal; dari politik, ekonomi, sosial budaya, hingga kehidupan sehari-hari. HAM atau asas kemanusiaan (ayo... masih ingat nggak, tercermin di sila keberapa dari Pancasila...) menjadi benang merah yang membuat tiap komunitas berbeda namun memiliki integritas masing-masing.
Secara universal, menurut PBB, setiap manusia memiliki hak atas 5 hal, yang masing-masing punya penjelasan tersendiri, yaitu:
1. Hak atas kesetaraan
2. Bebas dari diskriminasi
3. Hak atas kehidupan, kemerdekaan, keamanan
4. Bebas dari perbudakan
5. Bebas dari siksaan dan perlakuan yang merendahkan
Jadi, jika data Anda hilang di kelurahan karena kelalaian staf mereka, tanpa staf kelurahan sadari, mereka telah melanggar HAM Anda (bayangkan jika itu korupsi e-KTP, ya). Masyarakat adat kelaparan karena hutan mereka dibabat habis juga tindakan melanggar HAM.
Anda juga melanggar HAM orang lain jika menghina orang lain agama mengenakan busana sesuai agama mereka dengan alasan mereka minoritas. Begitu pula jika Anda menganggap rekan kerja Anda kurang kompeten hanya karena mereka gay atau difabel yang tidak berhubungan dengan pekerjaan mereka.
Jika Anda ingin keluarga peduli dan mengajarkan anak Anda tentang HAM, mulailah dari rumah. Dan tanggal 10 Desember bisa jadi waktu yang tepat.