"Banana Art Works" merupakan pameran tunggal karya Jun Sakata, seniman asal Jepang yang menetap di Ubud, Bali.
Sebanyak 50 karya menghiasi ruang Galeri Cipta II Taman Ismail Marzuki sejak 3 hingga 12 Juli 2017. Materi utama karya-karya tersebut adalah kertas pisang. Pelepah pisang diproses menjadi seperti bubur kemudian dipress dan dikeringkan di bawah sinar matahari. Setelah itu sang seniman, Jun Sakata, menjadikannya sebagai wadah untuk berkreasi.
Ia mewarnai dengan menggunakan oil pastel, tina Cina (sumi ink), dan Kakishibu (persimmon tannin juice). "Saya menggaruk, mengukir, mencungkil permukaannya atau memotong kecil-kecil kertas pisang dan menempelkannya kemudian memadukan semuanya," ujar Jun.
Jika Anda berkunjung ke pameran bertajuk "Banana Arts Works" ini, Anda akan bisa melihat sendiri detail yang dimaksud Jun. Tempelan-tempelan kertas pisang dalam kombinasi berbagai warna membentuk karya-karya yang mengekspresikan perasaannya.
"Tidak ada yang berlebihan dalam karya-karya Jun, justru sebaliknya, saya merasa karya-karyanya begitu sederhana, tetapi menimbulkan ketenangan," ujar Jajang C. Noer saat membuka pameran ini secara resmi, 3 Juli 2017.
Jajang menambahkan, jika sekilas mengamati karya-karya Jun, Anda bisa mengira itu mudah. "Mungkin Anda akan berkomentar, ah, anak TK juga bisa. Tapi sesungguhnya proses di balik itu tidak mudah. Tidak sesederhana yang kita lihat," ungkap Jajang.
Semua karya ini dikurasi oleh Merwan Yusuf. Acara pembukaan sendiri diramaikan oleh pembacaan Haiku oleh Noorca M. Massardi dan penampilan dari musisi Jodhi Judono berduet dengan penyanyi Connie Constantia.
Jun Sakata merupakan seniman yang lahir di Yokohama, Jepang (1948). Mengawali karier sebagai perancang bunga (Ikebana) yang diwarisi dari ayahnya, seorang grand master Ikebana Kou-fuu-ryuu. Setelah menamatkan studi di Universitas Meiji (1971), ia bekerja di Dewan Kota Kawasaki sebagai pengawas lingkungan. Setelah mempelajari upacara minum teh Urasenke, ia diangkat sebagai wakil grand master Kou-fuu-ryuu (1975) dan mulai terjun ke dunia seni rupa.
Pada kunjungan pertamanya ke Ubud, Bali (1999), pria jangkung pejalan kaki ini menemukan kertas yang terbuat dari pelepah pisang. Jatuh cinta pada bahan alami itu, setahun kemudian Jun memutuskan menetap dan berkarya di Ubud. Selama 17 tahun terakhir, setiap enam bulan ia menetap di Ubud dan enam bulan di Yokohama karena kendala izin tinggal.
Sebelum di TIM Jakarta, Jun Sakata telah beberapa kali berpameran tunggal di Jepang. Ia juga pernah menggelar pameran tunggal di Open House Gallery (New York, Amerika Serikat) dan Affandi Art Museum (Yogyakarta). Sebagian karyanya telah ditempatkan di Elevator Hall sebuah apartemen di Tokyo, di lobi ruang istirahat Imperial Hotel (Kyoto dan Osaka), di Kagemusha Japanese Restaurant (Bali) dan Yeh Spa (Bali).
Sebanyak 50 karya menghiasi ruang Galeri Cipta II Taman Ismail Marzuki sejak 3 hingga 12 Juli 2017. Materi utama karya-karya tersebut adalah kertas pisang. Pelepah pisang diproses menjadi seperti bubur kemudian dipress dan dikeringkan di bawah sinar matahari. Setelah itu sang seniman, Jun Sakata, menjadikannya sebagai wadah untuk berkreasi.
Ia mewarnai dengan menggunakan oil pastel, tina Cina (sumi ink), dan Kakishibu (persimmon tannin juice). "Saya menggaruk, mengukir, mencungkil permukaannya atau memotong kecil-kecil kertas pisang dan menempelkannya kemudian memadukan semuanya," ujar Jun.
Jika Anda berkunjung ke pameran bertajuk "Banana Arts Works" ini, Anda akan bisa melihat sendiri detail yang dimaksud Jun. Tempelan-tempelan kertas pisang dalam kombinasi berbagai warna membentuk karya-karya yang mengekspresikan perasaannya.
"Tidak ada yang berlebihan dalam karya-karya Jun, justru sebaliknya, saya merasa karya-karyanya begitu sederhana, tetapi menimbulkan ketenangan," ujar Jajang C. Noer saat membuka pameran ini secara resmi, 3 Juli 2017.
Jajang menambahkan, jika sekilas mengamati karya-karya Jun, Anda bisa mengira itu mudah. "Mungkin Anda akan berkomentar, ah, anak TK juga bisa. Tapi sesungguhnya proses di balik itu tidak mudah. Tidak sesederhana yang kita lihat," ungkap Jajang.
Semua karya ini dikurasi oleh Merwan Yusuf. Acara pembukaan sendiri diramaikan oleh pembacaan Haiku oleh Noorca M. Massardi dan penampilan dari musisi Jodhi Judono berduet dengan penyanyi Connie Constantia.
Jun Sakata merupakan seniman yang lahir di Yokohama, Jepang (1948). Mengawali karier sebagai perancang bunga (Ikebana) yang diwarisi dari ayahnya, seorang grand master Ikebana Kou-fuu-ryuu. Setelah menamatkan studi di Universitas Meiji (1971), ia bekerja di Dewan Kota Kawasaki sebagai pengawas lingkungan. Setelah mempelajari upacara minum teh Urasenke, ia diangkat sebagai wakil grand master Kou-fuu-ryuu (1975) dan mulai terjun ke dunia seni rupa.
Pada kunjungan pertamanya ke Ubud, Bali (1999), pria jangkung pejalan kaki ini menemukan kertas yang terbuat dari pelepah pisang. Jatuh cinta pada bahan alami itu, setahun kemudian Jun memutuskan menetap dan berkarya di Ubud. Selama 17 tahun terakhir, setiap enam bulan ia menetap di Ubud dan enam bulan di Yokohama karena kendala izin tinggal.
Sebelum di TIM Jakarta, Jun Sakata telah beberapa kali berpameran tunggal di Jepang. Ia juga pernah menggelar pameran tunggal di Open House Gallery (New York, Amerika Serikat) dan Affandi Art Museum (Yogyakarta). Sebagian karyanya telah ditempatkan di Elevator Hall sebuah apartemen di Tokyo, di lobi ruang istirahat Imperial Hotel (Kyoto dan Osaka), di Kagemusha Japanese Restaurant (Bali) dan Yeh Spa (Bali).