Tak disangka, Marcell terpilih! Tawaran membuat album solo sudah disodorkan, tapi ia masih bimbang. Selama ini ia merasa keahliannya adalah sebagai drummer, bukan penyanyi. Kalau bukan karena Anom—sahabat di Fakultas Hukum Universitas Parahyangan—belum tentu kita mengenal Marcell.
“Sekarang gue tanya sama lo. Puppen, terkenal nggak?” tanya Anom waktu itu. “Terkenal,” jawab Marcell. ”Terkenalnya di mana?” Anom melanjutkan. ”Bandung, Jakarta, Indonesia,” jawab Marcell lagi. “Sekarang Marcell sebagai teman duetnya Shanty. Lo terkenal sampai mana? Indonesia? Malaysia? Brunei? Singapura? Lo masih mau ngaku lo nggak punya bakat?” Pertanyaan dari Anom dijawab Marcell dengan anggukan. Ia lantas menyadari bahwa ia tak boleh mengabaikan bakat yang diberikan Tuhan. Hingga kini, karier Marcell sudah berjalan selama 14 tahun.
Selama itu, tentu saja, Marcell pernah kecewa. Misalnya, karya-karya baru sudah dibuat, tapi masyarakat hanya mengingat lagu-lagu lama. “Beberapa tahun lalu sedih juga, karena orang, kok, seperti nggak appreciate album yang baru ya? Tapi ya akhirnya, nggak bisa begitu. Dinikmati saja. Marcell, ya, Semusim. Marcell, ya, Firasat. Marcell, ya, Takkan Terganti.” Marcell pun menerima bahwa ini bagian dari perjalanan hidup. Sama ketika dulu ia menerima bakat menyanyi yang ia miliki, yang dulu ia tolak setengah mati.
Soal lagunya yang selalu romantis, saya pun penasaran. “Saya nggak romantis sama sekali. Kalaupun bikin kejutan buat istri, malah jadinya garing. Membosankan, ha ha ha,” kata Marcell. Sepertinya jiwa romantis itu hanya ada dalam lagu. Ia bisa berubah tegas jika menyangkut prinsip. “Mulut kamu harimau kamu, tapi dalam beberapa hal, kita mesti mengutarakan kebenaran. Kalau ada yang salah, harus ditegur. Tapi ketika kita harus mengontrol (diri), kita harus siap.”
Terobosan terus dibuat Marcell dalam bermusik. Marcell tak ingin terjebak dalam comfort zone. Sejak album The Platinum Playlist pada 2013, ia rajin berkolaborasi dengan musisi muda berbakat, seperti Rishanda Singgih, Kamga, Mario Kacang, dan Dmust Akira. Konser tunggalnya di penghujung 2016 pun jelas patut kita tunggu.
[Baca juga ekspresi seni spontan Jamie Aditya di sini]
Foto: Zaini Rahman
Pengarah gaya: Siti H. Hanifiah
Busana: Zara
Lokasi: Edwin’s Gallery, Jakarta Selatan