1. Siapa yang mendominasi hubungan ini?
Apakah Anda yang lebih sering bercerita soal pekerjaan, teman-teman, sampai hasil belanja online Anda daripada pasangan? Apakah karena pasangan memang tipe mendengarkan, atau Anda yang tak pernah memberi dia kesempatan?
Bagaimana dengan keluarga besar Anda? Apakah ibu mertua Anda lebih punya suara dibandingkan ibu Anda, atau sebaliknya? Saat ditanyakan kepada anak-anak Anda mereka cucu siapa, nama siapa yang lebih dulu mereka ucapkan?
Anda dan pasangan yang lebih tahu siapa yang mendominasi, dan dalam hidup, tak ada porsi yang harus sama rata. Namun, perasaan Anda dan pasangan haruslah setara agar hubungan cinta Anda tidak berat sebelah.
2. Bahagiakah Anda dengan hubungan cinta ini sekarang?
Tak perlu Anda bilang, "Dulu, sih, iya." Bertanyalah kepada diri sendiri dengan perbandingan situasi sekarang. Jika Anda merasa tidak bahagia, apa yang membuat Anda tetap bertahan dalam hubungan ini?
Apakah karena anak (ini faktor yang lama-lama basi, deh), atau karena Anda tahu rasa tak bahagia ini cuma sementara?). Yang pasti, Anda harus punya jawaban yang solid.
3. Berubahkan kepribadian Anda demi pasangan?
Setiap orang bisa berubah atau menyesuaikan diri dalam suatu hubungan cinta. Perubahan itu positif atau tidak bergantung dari siapa yang melihat.
Sahabat Anda boleh saja merasa bahwa Anda berubah jadi menyebalkan karena pasangan yang sekarang. Sementara, Anda merasa lebih percaya diri berkat pasangan yang sekarang. Mana yang Anda pilih, termasuk berani menerima konsekuensinya, terserah Anda.
4. Bisakah Anda membuat daftar hal-hal yang membuat Anda mencintai pasangan?
Bukan soal panjang-pendeknya daftar itu, tapi lebih kepada Anda bisa menunjukkan kepada siapa pun bahwa pasangan Anda memang mencintai Anda, berharga untuk Anda, dan pantas diperjuangkan.
Setiap orang punya daftar berbeda-beda, namun tujuannya sama: Bukti bahwa pasangan mereka memang mencintai mereka.
5. Apakah Anda bergantung pada pasangan?
Pertanyaan terakhir ini susah-susah gampang. Sejauh apa, sih, definisi bergantung pada pasangan? Ke mana-mana maunya diantar dia? Tak bisa tampil percaya diri di depan publik kalau tak ada dia? Merasa kecil dan bukan apa-apa tanpa dia?
Karena manusia adalah makhluk sosial, bergantung pada pasangan itu wajar. Namun yang tidak wajar adalah jika Anda tak ubahnya boneka yang dikendalikan pasangan. Tanpa pasangan, Anda tak bisa mandiri atau melakukan hal-hal yang Anda senangi.
Melakukan berdua bersamanya memang sangat menyenangkan, tapi ada kalanya Anda juga bisa sama bersenang-senangnya sendiri, kok.