Sebulan terakhir, hampir setiap Sabtu pagi hujan membasahi Ibu Kota. Begitu juga pada suatu Sabtu ketika saya berjalan di tengah lengangnya Jakarta menuju daerah Petogogan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Saya berkunjung ke Suwe Ora Jamu, komunitas pencinta jamu.
Tiba di Suwe Ora Jamu, saya disambut suasana yang hangat dengan penerangan temaram. Udara dingin di luar tidak lagi terasa.
Saya langsung ke lantai tiga, Galeri Cerita Jamu, tempat untuk membuat jamu. “Sudah tiga tahun komunitas pencinta jamu saya dirikan,” cerita Nova Dewi Setiabudi, pendiri Suwe Ora Jamu.
Galeri Cerita Jamu memang tidak luas, namun dari tempat inilah Nova menyebarkan semangat melestarikan budaya jamu dari akarnya.
Mendirikan Galeri Cerita Jamu membuat Nova dapat membagi cerita tentang budaya jamu untuk bahan pembelajaran bagi generasi sekarang. Seperti pada hari itu, saya berkesempatan mengikuti kelas membuat jamu dengan bahan dasar kencur. Tidak hanya membuat, peserta kelas itu juga mendapat ilmu baru, sejarah jamu dan manfaat kencur dari Nova.
Kelas pun dimulai. Saya mengupas kulit kencur dengan pisau, kemudian memarutnya kasar agar mudah diperas untuk mendapatkan sarinya. Dalam cara lebih modern, Nova mengajarkan cara membuat infused water menggunakan kencur yang dicampur lemon, jeruk orange, sitrus, dan soda. Selanjutnya saya belajar membuat jamu beras kencur.
Tidak ada yang terbuang dari sisa bahan yang diramu. Ampas kencur dapat digunakan untuk mengompres bagian tubuh yang gatal-gatal, sisa beras dari beras kencur dapat menjadi bedak dingin.
Tidak cukup rasanya waktu tiga jam untuk belajar tentang kencur. Begitu asyiknya, obrolan kami pun berlanjut di teras jamu untuk membahas bahan-bahan lain yang sudah pernah dipelajari sebelumnya.
Seiring berjalannya waktu, pengetahuan dan keterampilan anggota komunitas pencinta jamu semakin meningkat. Ketika ilmu yang mereka dapatkan sudah cukup, tidak sedikit dari mereka yang membuat bisnis jamu kecil-kecilan. Ada pula yang belajar membuat jamu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam keluarga.
“Kalau saya, belajar membuat jamu karena saya suka jamu,” ujar Izumi Hirano, wanita Jepang yang sudah mengikuti beberapa kali kelas. Tidak mau kalah dari Izumi? Anda juga bisa bergabung di kelas ini!
Foto: Wira Dhamma Putra
Pengarah gaya: Siti H. Hanifiah